Sabtu, 07 April 2018

Mengejar Kebimbanganku


Aku di antara kebimbangan dan masa depan
Aku di antara deburan ombak jalanan yang berhembus
Aku di antara desingan knalpot kendaraan bermotor yang lalu lalang
Mataku kosong memandang ke arah lampu - lampu kendaraan
Hatiku bimbang terus melangkah, ada sejuta asa yang terlintas di otakku
Mengembang seiring waktu dan beban yang terus menerjang
Ini bukan persoalan bagaimana sekedar bisa hidup
Tapi bisa memberikan kebahagiaan untuk orang - orang yang ku sayang
Porsi keadilan di tengah tuntutan dan beban yang terus menyerang
Mengesampingkan ego di tengah keputusan yang sesegera mungkin aku kan ambil
Lantas ke mana langkahku?
Apa aku harus menuruti hatiku, atau sejumlah pikiran di otakku?
Apa aku harus menggunakan naluri yang sering aku lakukan juga dalam kerjaanku?
Apa aku harus menggunakan nafsu yang tak ada habisnya yang bisa celakanku?
Entah dan entah berapa kali lagi aku memaki diriku sendiri
Dalam keramaian lalu lalang kendaraan, pikiran seakan sudah tumpah dan nyaris kosong
Hati? Aku sudah terdesak di antara beton - beton dan aspal jalanan yang ada
Aku tak mengerti, tak bisa berharap banyak apakah Tuhan mengabulkan setiap doa
Dan apa yang aku pikirkan di otakku
Karena aku tahu mungkin aku bukan makhluk Tuhan yang baik
Aku bukan sesuci yang kau inginkan
Jiwaku hitam, masih penuh dosa, angkara, dan murka
Aku tak tahu Tuhan berpihak kepadaku atau tidak?
Atau mungkin Tuhan memberiku rencana A, B, C yang lebih indah
Mengisyaratkan apa aku di sini, mengejar apa diriku
Mungkinkah kau paham dengan bait demi bait ini
Aku bahkan tak tahu sepeka apakah engkau
Aku bahkan bimbang dengan diriku dan langkahku



Solo, Minggu 8 April 2018
Jam 05.39 WIB

Senin, 03 Juli 2017

Guru, Pahlawan Dan Pengabdi Yang Terpinggirkan

Pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam membangun setiap invidu masyarakat di negara manapun di dunia ini. Dari pendidikan tersebut setiap individu bisa belajar mengenai nilai, norma, dan ilmu pengetahuan. Pendidikan tentu mempunyai suatu sistem yang terdapat beberapa stakeholder di dalamnya, salah satunya tenaga pengajar, tenaga pengajar biasanya memiliki sebutan yang berbeda - beda tergantung level atau jenis pendidikan yang ada. 
Bila di level sekolah formal tenaga pengajar di Indonesia biasa disebut guru. Bila di perguruan tinggi atau kampus tenaga pengajar disebut dosen. Sementara tenaga pendidik di pendidikan informal berbasis keagamaan terdapat banyak macamnya, di agama Islam bisa disebut ustadz untuk pengajar laki - laki, ustadzah untuk pengajar perempuan, di agama Kristen misalnya pengajar disebut pendeta.

Kembali lagi ke istilah guru atau tenaga pendidik formal di Indonesia. Istilah guru berasal dari bahasa sanskerta  गुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat", atau artinya seorang pengajar suatu ilmu. Berdasarkan kosakata bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi anak didiknya.

Pada arti secara umum, guru merupakan pendidik dan pengajar pada pendidikan  anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.

Begitu vitalnya, peran pendidikan di pundak guru Ir Soekarno presiden pertama Indonésia sekaligus sempat memberikan pernyataannya mengenai guru melalui pidato yang ia sampaikan.

"Pemimpin! Guru! Alangkah hebatnya pekerjaan menjadi pemimpin di dalam sekolah, menjadi guru di dalam arti yang spesial, yakni menjadi pembentuk akal dan jiwa anak-anak! Terutama sekali di zaman kebangkitan! Hari kemudiannya manusia adalah di dalam tangan guru itu, menjadi manusia” ujar Soekarno sebagaimana dikutip dari buku Dibawah Bendera Revolusi.

Guru merupakan profesi yang mulia mengingat di tangannya masa depan suatu bangsa akan ditentukan. Baik buruknya pendidikan, bergantung salah satunya pada guru yang memberikan pengajaran. Guru dianggap sebagai pahlawan pembangunan, mengingat dari tangannya lahir putra - putri yang kelak mengisi pembangunan bangsa di beberapa bidang di ruang publik yang ada. Guru yang ideal bukan hanya menjadi seorang guru yang mengajar di dalam kelas, bergolat dengan silabus, RPP, dan lembar evaluasi siswa. Namun lebih dari itu seorang guru harus mampu menjadi holding of social atau cermin kasta sosial untuk membangun suatu peradaban di masyarakatnya. Maka peran sebagai agent of change sebagaimana status seorang mahasiswa juga layak disematkan kepada seorang guru.

Seorang guru juga harus bisa menghadirkan inspirasi, keteladanan, dan profèsionalitas kepada anak didiknya. Menurut National Board For Proffesional Teaching Standar, dalam bonds. Ada 13 Kriteria Standar Guru Inspiratif dan Professional yakni menguasai materi pelajaran dengan baik, mampu menggunakan dengan tepat kemampuan, dalam mengajar dan belajar, mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan instruksional pembelajaran, mampu melakukan improvisasi dalam mengajar, mampu melakukan manajemen kelas dengan baik, memiliki kepekaan dalam menanggapi situasi selama pembelajaran berlangsung, memiliki sensitivitas terhadap konteks, mampu memonitor pembelajaran, selalu bertindak berdasarkan data, respek terhadap orang lain, mempunyai jiwa yang mendidik, mampu memfasilitasi murid agar mencapai prestasi tertinggi, serta mampu memfasilitasi murid agar lebih memahami kompleksitas.
Untuk membentuk guru yang inspiratif, profesional, berintegritas, dan berkualitas salah satunya melalui output perguruan tinggi berbasis kependidikan dan keguruan. Perguruan tinggi merupakan sarana pembentukan karakter, teori, dan pengalaman seorang individu sebelum mentas ke kawah candradimuka yang sesungguhnya. Melalui output dari perguruan tinggi ini pulalah peran krusial guru bagi pendidikan di emban. Perguruan tinggi dituntut mencetak potensi SDM calon guru yang berkualitas sesuai bidang keilmuannya.

Celakanya, saat ini banyak calon mahasiswa perguruan tinggi berbasis kependidikan atau keguruan tersebut hanya 'terjerumus' dalam lembah kampus tersebut. Hal - hal tersebut bisa karena faktor paksaan orang tua, saran dari seorang guru pula di SMA sederajatnya, ikut - ikutan teman, atau karena kuota yang banyak sehingga diperkirakan mudah memasuki jurusan - jurusan yang langsung berafiliasi dengan tenaga pengajar guru.

Memang masih banyak teman - teman kita, adik - adik kita, individu - invidu bangsa ini yang memang terpanggil memasuki dunia perguruan mengabdi untuk pendidikan dengan upah yang kadang masih jauh dari kata layak. Maka karena cita - cita itulah mereka mau belajar dan terpanggil ke perguruan tinggi berbasis kependidikan, atau bagaimana kita melihat program 'Indonesia Mengajar' yang dicetuskan Gubernur Jakarta terpilih 2017, Anies Baswedan ternyata juga dibanjiri pendaftar untuk mengabdi di pelosok negeri untuk mengajar keilmuan tanpa melihat seseorang tersebut dari jurusan yang berbasis keguruan atau kependidikan.

Memang benar ketika lulus dari perguruan tinggi beragam profesi siap menanti, bahkan jurusan berbasis keguruan atau kependidikan pun bisa merambah dunia perbankan menjadi pegawai bank, atau bahkan merambah dunia perpolitikan menjadi seorang politisi. Tuntutan hidup yang keras ditambah semakin tingginya harga kebutuhan pokok menjadikan setiap individu bisa berpikir pragmatisme. Hal ini juga dialami seorang calon guru dari jurusan - jurusan perguruan tinggi berbasis keguruan dan seorang guru, mereka dituntut untuk lebih peka 'menggali' sumber uang baru disamping pekerjaan pokok mereka mengajar.

Baiklah jika pekerjaan tersebut masih berkaitan dengan dunia pendidikan, misalnya menambah pekerjaan menjadi pengajar les privat sehingga ada pemasukan tambahan, atau menjadi konsultan pendidikan di NGO tertentu, atau menjadi penulis artikel membedah sistem pendidikan di media massa tertentu. Namun bagaimana bila pekerjaan sampingan tersebut mengorbankan pekerjaan utama sebagai seorang guru, tidak mengajar dan hanya memberi tugas lalu dikumpulkan sedangkan dianya sibuk mengurusi bisnisnya atau pekerjaan lainnya.
Kemampuan mencari sumber penghasilan mengorbankan profesi utama sebagai seorang guru. Bahkan dulu ada idiom ketika masih mengeyam pendidikan di SMP dan SMA "Guru enak ya tinggal masuk kelas, kasih tugas, keluar lagi, atau kalau tidak begitu mencatat sampai jam pelajaran selesai". Mungkin idiom atau gurauan seperti itu masih ada hingga kini.

Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan seorang guru, pemerataan ekonomi yang masih susah dilakukan pemerintah sampai detik ini sekalipun. Kita lihat potret bagaimana sekolah - sekolah di pedalaman terutama di luar Pulau Jawa yang hanya memiliki 2 atau bahkan 1 guru yang harus mengajar keseluruhan siswa - siswi dari bermacam kelas. Itulah mengapa awalnya Anies Baswedan menggerakkan 'Gerakan Indonesia Mengajar' supaya sekolah - sekolah di pedalaman bisa mendapat tenaga pengajar yang berkualitas dan berkuantitas dengan 'harga terjangkau'.
Lalu apa bila di perkotaan terutama di Pulau Jawa, guru sudah 'merdeka' secara ekonomi? Lupakan saja itu. Kami pernah mendengar tawaran seseorang untuk mengajar di SMA Swasta memang di daerah yang katanya kaya akan sumber daya alamnya, nyatanya mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dihargai 400 ribu sebulan dengan ijazah S1.

Tentu bagi mereka yang sudah menempuh S1 di perguruan tinggi ternama menghabiskan uang ratusan juta selama pendidikan pendapatan segitu seakan jauh dari kata layak. Itu yang membuat tenaga - tenaga calon guru dari perguruan tinggi berkualitas yang ditempa dengan keras berpikir ulang. Salahkah itu? Bila dilihat dari persepsi keilmuan dan panggilan hati benarnya, ada stratifikasi sosial yang menyebutkan guru sebagai seorang yang mulia dan dihormati terutama di pedesaan masyarakat Jawa. Idiom ini pulalah yang biasanya orang menuntut anaknya untuk menjadi seorang guru. Terlebih berpenghasilan seperti itu tidak selamanya, hanya mungkin melihat momen yang tepat untuk mencari penghasilan sambil mencari pengalaman terlebih dahulu. Namun di sisi lain, ditinjau dari segi ekonomi, tuntutan hidup, dan beban pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Pekerjaan yang dianggap mulia hanya dihargai materi 400 ribu, bila berprospek untuk keuangan pilihan itu tentu akan ditinggalkan para calon guru. Namun, masih ada pula beberapa tenaga pengajar yang bahkan tak dibayar sekalipun, itu menjadikan kita merinding melihat bagaimana negara ini memperlakukan tenaga pengajar macam guru sekalipun guru swasta sekalipun.


Maka jika kamu terpanggil menjadi seorang guru, jangan mencari materiil, negara ini sudah lelah bergulat dengan pemerataan ekonomi, pembangunan infrastruktur di beberapa daerah, peningkatan kualitas SDM, dan peningkatan kualitas pendidikan. Guru merupakan salah satu pilar dari pembangunan dari segi keilmuan dan karakter, maka mengajarkan karakter dan keilmuan harus diniati hanya karena pengabdian mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun di sisi lain pemerintah harus lebih peka jangan sampai membiarkan tenaga pengajar terkatung - katung secara ekonomi. Pemerintah harus lebih memperhatikan utamanya sekolah - sekolah swasta dan sekolah di pedalaman di seluruh Indonesia yang biasanya tingkat kuantitas guru dan gajinya yang rendah. Pilihannya hanya dua pemerintah mengontrol kebutuhan pokok sampai semurah - murahnya atau memberikan reward yang lebih kepada guru. Jangan sampai panggilan jiwa mencerdaskan kehidupan anak negeri ini sia - sia hanya karena tidak ada penghargaan dari negara. 

Sabtu, 21 Januari 2017

Mengenal Ranukumbolo Ala Tulungagung

  
Potensi wisata lokal memang layak dikembangkan di berbagai daerah. Pengembangan wisata di daerah – daerah akan menyumbangkan devisa tambahan bagi pemasukan daerah dan masyarakat sekitar lokasi. Di Kabupaten Tulungagung misalnya, bagi sebagian orang nama Ranu Gumbolo mungkin masih tampak asing. Namun lambat laun wisata yang berlatar belakang Waduk Wonorejo mulai populer semenjak booming di media sosial. Bahkan di liburan natal dan tahun baru, pernah seharinya pengunjung tembus 7.000 orang.
Terletak di Desa Mulyosari, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, wisata ini baru beroperasi 6 bulan terhitung pada Januari 2017. Berada satu lokasi dengan Waduk Wonorejo yang dikelola Perhutani KPH Kediri, tempat ini menyajikan pemandangan dan udara sejuk khas perbukitan. Hutan cemara dan pinus mendominasi vegetasi tanaman sekitar lokasi wisata.
Bagi yang ingin memasuki lokasi ini akan dikenakan biaya masuk Rp 5.000 per orang dan parkir kendaraan roda dua Rp 2.000 serta parkir kendaraan roda empat Rp 5.000. nah yang ingin memasuki lokasi ini catat jam operasionalnya, Ranu Gumbolo buka mulai pukul 07.00 hingga 17.00 WIB.
Ada satu hal yang menarik dari penamaan Ranu Gumbolo ini, nama ini mirip dengan Ranukumbolo yang ada di Gunung Semeru. Menurut penuturan salah satu petugas Perhutani KPH Kediri, Ases, nama ini diberikan pengunjung Waduk Wonorejo. Awalnya pengunjung sengaja berkunjung di Waduk Wonorejo, namun karena menemukan spot yang menarik dengan latarbelakang mirip Danau Ranukumbolo Semeru akhirnya mereka memplesetkan menjadi Ranu Gumbolo.
Nama Ranu Gumbolo semakin populer seiring pengunjung mempublikasikan kunjungan ke media sosial internet. Tak heran tempat yang awalnya berupa tempat untuk berkemah dan berlatarbelakang waduk Wonorejo menjadi tempat selfie. Satu area yang menjadi destinasi selfie menarik di Ranu Gumbolo yaitu spot tempat foto berada di atas pohon.
Spot ini langsung berlatarbelakang Waduk Wonorejo dengan airnya yang hijau karena dasarnya terdapat lumut dan bukit berbaris – baris diselimuti hutan lebat di sekitarnya. Waktu yang tepat melakukan selfie di sini tentu ketika cuaca cerah mengingat keindahan perpaduan waduk, hutan, dan gugusan bukit akan terlihat serasi. Namun demikian yang diperhatikan, saa menaiki spot ini pengunjung harap berhati – hati, mengingat belum adanya peralatan dan petugas yang memadai untuk menjaga keselamatan pengunjung.
Puas menikmati spot selfie, pengunjung dapat menikmati pemandangan di hutan pinus di sekitar lokasi wisata. Ingin mencoba lain? Pengunjung dapat menyewa perahu berkeliling waduk dengan biaya Rp 7.500 perputaran.
Namun, satu hal yang kurang dari tempat bagaimana pengelolaannya yang masih belum digarap maksimal meski pengunjungnya sudah ribuan. Tampak di sekitar lokasi beberapa fasilitas seperti toilet dan gasebo masih terkesan apa adanya. Belum lagi minimnya tempat sampah menjadikan pengunjung membuang sampah sembarangan di lokasi.


Senin, 06 Juni 2016

Aku Ingin Bersama Selamanya

Ketika tunas ini tumbuh, serupa tubuh yg mengakar.
Setiap nafas yg terhembus adalah kata.
Angan, debur & emosi bersatu dlm jubah berpautan.
Tangan kita terikat…
Lidah kita menyatu…
Maka setiap apa yg terucap adalah sabda pendita ratu.
Di luar itu pasir…
Di luar itu debu…
Hanya angin meniup saja lalu terbang hilang tak ada.
Tapi kita tetap menari, menari cuma kita yang tahu.
Jiwa ini tandu…
Maka duduk saja…
Maka akan kita bawa ...
Semua…
Benci, amarah, rindu, dan cinta
Karena kita adalah satu.

Satu selamanya tuk bersama

Jumat, 03 Juni 2016

Bojonegoro, Minyakmu Untuk Siapa?


Bojonegoro dahulu identik dengan kemiskinan dan kekeringan di musim kemaraunya. Hal ini dikarenakan kontur tanah Bojonegoro yang identik dengan tanah kapur, tanah kapur merupakan tanah yang kering dan gersang sulit dalam mencari sumber air. Ini berlawanan dengan sumber matapencaharian sebagian masyarakat Kabupaten Bojonegoro sebagai petani.
Beruntung Kabupaten Bojonegoro oleh Tuhan dianugerahi kekayaan alam yang begitu melimpah berupa minyak dan gas bumi. Memang secara eksploitasi minyak bumi sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu, ketika masa pendudukan kolonial Belanda, tepatnya di Kecamatan Kedewan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Pengolahan minyak bumi saat itu masih dilakukan dengan cara tradisional, bahkan hingga kini ratusan sumur minyak bumi di daerah Kecamatan Kedewan, Malo, dan Kasiman masih dikelola secara tradisional oleh masyarakat setempat.
Ketika kabar berhembusnya eksplorasi dan eksploitasi secara modern tahun 2002 harapan besar masyarakat Kabupaten Bojonegoro akan dahaga dan keluar dari kemiskinan mulai meningkat. Maklum minyak dan gas bumi yang merupakan salah satu aset yang mahal dan diperebutkan beberapa kepentingan. Inilah yang menyebabkan betapa strategisnya minyak bumi yang saat ini masih menjadi sumber energy utama di dunia.
Memasuki 2016 saat ini perjalanan eksplorasi dan eksploitasi sudah berjalan hamper 15 tahun lamanya, kandungan minyak bumi yang diperkirakan mencapai lebih dari 1 milyar barel menjadikan Kabupaten Bojonegoro dengan Blok Cepu-nya merupakan tempat dengan kandungan minyak mentah terbesar se Asia Tenggara. Kandungan tersebut masih berpotensi mengingat ada potensi 1 milyar barel lagi menurut penelitian perusahaan minyak bumi Amerika Serikat, Exxon Mobile.
Memang saat ini kondisi infrastruktur di sebagian besar Kabupaten Bojonegoro sudah mulai ada pembenahan, perbaikan infrastruktur dimulai saat masa pemerintahan Bupati dan Wakil Bupati Suyoto dan Setyo Hartono. Beberapa jalan desa yang dahulu masih dikatakan buruk saat ini dengan program pavingisasi-nya, altrernatif perbaikan jalan desa ini dilakukan karena tanah Bojonegoro yang dikenal dengan tanah gerak dan gampang rusak ketika terkena banjir.
Perbaikan juga tampak pula pada infrastruktur di jalan – jalan perkotaan dan jalan – jalan utama, beberapa jalan utama sudah menggunakan beton untuk konstruksinya supaya lebih bertahan lama. Begitu juga dengan infrastruktur berupa gedung dan kantor pemerintahan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat pembenahan mulai dilakukan dengan mengedepankan pendekatan manusiawi.
Hal menarik pula ketika Bupati terpilih Suyoto memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berkomunikasi secara langsung dengan pemimpinnya melalui forum dialog yang dilakukan setiap hari Jum’at usai sholat Jum’at. Keluhan masyarakat, kritikan, maupun masukan kepada pemerintah dengan sabar ditampung dan diserap untuk dilaksanakan.
Namun dibalik keberhasilan yang telah dicapai pemerintahan Suyoto dan Setyo Hartono ada banyak pekerjaan rumah yang masih belum diselesaikan. Menurut data dari survey nasional Kabupaten Bojonegoro masih menduduk Kabupaten termiskin nomor 9 dari 38 Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Timur. Penilaian ini berdasarkan pada indeks pembangunan masyarakat yang dihitung dari angka harapan hidup, angka melek huruf, lama bersekolah, pengeluaran per kapita, indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli. Padahal jika mengacu pada anggaran yang dialokasikan untuk perbelanjaan daerah (APBD), Kabupaten Bojonegoro berada pada posisi kedua tertinggi se Jawa Timur setelah Kota Surabaya dengan APBD 2016 sebesar 7,893 T. Kabupaten Bojonegoro sendiri dengan alokasi APBD 2016 sejumlah 3,58 T, APBD Kabupaten Bojonegoro jauh dibandingkan daerah – daerah Kabupaten / Kotamadya yang lainnya, Kabupaten Tuban yang merupakan tetangga Kabupaten Bojonegoro hanya mengganggarkan APBD sebesar 2,27 T, Kabupaten Lamongan sebesar 2,141 T, Kabupaten Madiun sebesar 1,5 T, Kabupaten Jombang sebesar 2,4 T. Bahkan anggaran Kabupaten Bojonegoro masih jauh di atas beberapa kota di Jawa Timur, seperti Kota Malang sebesar, 1,8 T, Kabupaten Malang 3,103 T, Kabupaten Gresik dengan APBD 3 T, Banyuwangi sebesar 2,504 T, Kabupaten Kediri 2,490 T, atau Kabupaten Jember sebesar.

Melihat alokasi anggaran yang sedemikian besar, dengan potensi minyak dan gas bumi yang mencapai produksi 180 ribu barel catatan menjadi daerah termiskin nomor 9 se Jawa Timur berdasarkan data Survei Nasional 2013 memang menjadi tanda tanya kemana, dan bagaimana pemerataan pembangunan sesuai alokasi dari APBD sebelumnya. Namun dibalik itu anugerah Tuhan berupa kekayaan alam wajib kita kawal bersama, jangan sampai minyak dan gas bumi yang berada di Kabupaten Bojonegoro ini hanya dinikmati oleh segelintir orang saja.

Sabtu, 28 Mei 2016

Jelajah Potensi Wisata Alam Bojonegoro


Siapa yang menyangka Kabupaten Bojonegoro suatu Kabupaten yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah ini mempunyai pesona alam yang luar biasa indahnya. Selama ini Kabupaten Bojonegoro yang dikenal dengan minyak bumi, banjir, dan kekeringannya kini memiliki tempat – tempat wisata alam yang patut dijadikan referensi para traveller semuanya.
Beberapa objek wisata tersebut memang letaknya jauh dari pusat kota Bojonegoro, memiliki akses jalan yang belum sepenuhnya bagus, dan masih belum ada pembenahan menjadikan objek wisata yang ada terkesan alami. Dijamin para traveller yang menyukai tantangan akan semakin penasaran berkunjung ke Kabupaten Bojonegoro.
Beberapa tempat wisata di Kabupaten Bojonegoro yang menyimpan potensi alam begitu besar terletak di Bojonegoro selatan seperti di Kecamatan Gondang, Temayang, Dander, dan Sekar. Namun bukan berarti di daerah Bojonegoro lainnya tidak memiliki potensi wisata alam yang baik, seperti di Kecamatan Malo, Padangan, dan Kedewan.
Berbicara wisata alam Bojonegoro selatan ada beberapa wisata yang dapat penulis rekomendasikan untuk kalian. Pertama, Air Terjung Kedung Maor yang terletak di Desa Kedung Sari, Kecamatan Temayang. Objek wisata ini terdiri kedung yang berarti kolam, air terjun, dan sungai yang masih alami. Air terjun ini tampak pula seperti green canyon dengan batu – batuan yang tampak berwarna hijau karena tertutup lumut di dasarnya. Selain pemandangan di sekitar aliran sungai dan air terjun masih tampak alami dengan dikelilingi hutan jati yang masih lebat. Namun pengunjung harus berhati – hati karena jalur yang menurun menuju air terjun licin dapat mengakibatkan celaka jika tak berhati – hati.
Kedua, bergeser sedikit ke selatan ±15 menit anda dapat menuju Waduk Pacal. Waduk Pacal yang merupakan waduk peninggalan masa kolonial Belanda yang dibangun tahun 1833. Waduk ini difungsikan sebagai pengatur air irigasi di pertanian di wilayah Kabupaten Bojonegoro sejak zaman Belanda hingga kini, dahulu Belanda membangun waduk ini karena sering mengalami kekeringan berkepanjangan saat musim kemarau. Di Waduk Pacal ini akan merasakan sensasi melihat hutan jati yang rimbun di sekelilingnya, sehingga udara Bojonegoro yang panas di tempat ini tak akan terasa mengingat masih lebatnya pepohonan di sekitarnya. Jika ada ingin sensasi berbeda, anda bisa naik perahu bebek yang disewakan mengelilingi area Waduk Pacal dan melihat bagaimana megahnya waduk peninggalan Belanda yang telah berusia ratusan tahun.
Bergeser dari Waduk Pacal terus ke Selatan dengan waktu tempuh ±45 menit, traveller dapat berkunjung ke wisata alam Air Terjun Kedung Gupit yang terletak di Desa Krondonan, Kecamatan Gondang. Air terjun ini memiliki medan yang lumayan ekstrim karena infrastruktur yang masih belum memadai. Disamping itu akses lokasi menuju air terjun pengunjung juga harus berjalan kaki melintasi area pertanian dan jalan bebatuan yang licin dan curam sehingga menguras energi pengunjung.
Namun rasa lelah berjalan kaki dari lokasi parkir kendaraan menuju air terjun akan terbayarkan ketika anda melihat pemandangan air terjung setinggi kurang lebih ±10 meter dengan air yang masih jernih turun dari celah – celah bukit kapur di sekitarnya. Saran penulis ketika anda berkunjung ke Air Terjun Kedung Gupit ini bawalah pakaian ganti dan sandal gunung mengingat medan yang harus menyusuri sungai terlebih dahulu.
Dari air terjun Kedung Gupit di Desa Krondonan, anda dapat melanjutkan perjalanan kembali ke arah selatan menuju Kecamatan Sekar dengan waktu tempuh ±60 menit. Di sana akan melihat sisi lain Bojonegoro yang selama ini dikenal dengan dataran rendah dan udara yang panas. Di Sekar ini anda tidak akan menjumpai Bojonegoro sebagai daerah yang identik dengan suhu panas dan dataran rendah, karena disini anda akan dibawa menuju daerah tertinggi di Kabupaten Bojonegoro, Negeri Atas Angin di Desa Deling, Kecamatan Sekar. Namun bagi anda yang belum mengenali medan harap mengenderai kendaraan dengan hati – hati mengingat jalan yang dilalui masih rusak. Namun perjalanan anda menuju sana akan terbayar dengan keindahan dari atas bukit. Sejauh mata memandang akan tampak hamparan area pertanian, rumah – rumah warga yang tampak kecil, area perhutanan jati, dan tampak Kota Bojonegoro dari kejauhan.
Jika ada yang menyukai tantangan dapat mencoba wahana flying fox menuruni bukit. Bila anda yang penggemar olahraga trail, mencoba ke lokasi wisata dengan menggunakan trail akan memacu adrenalin anda, mengingat jalan yang dilalui amat curam dengan kontur bebatuan. Sekedar saran waktu yang baik mengunjungi lokasi ini pada dini hari atau sore mengingat anda dapat melihat keindahan sunrise dan sunset. Jadi jika anda para pemburu sunrise atau sunset tempat Negeri Atas Angin ini menjadi rekomendasi penulis. Tapi ingat musim yang tepat berkunjung ke tempat ini adalah menjelang memasuki musim kemarau karean jika anda berada musim penghujan sedikit mengganggu perjalanan mengingat medan ke lokasi yang licin dan becek.
Puas setelah dari Negeri Atas Angin anda bisa kembali ke Kota Bojonegoro, namun sebelum kembali ada satu lagi objek wisata alam air terjun bernama Air Terjun Pucang yang terletak di Desa Clebung, Kecamatan Bubulan. Waktu tempuh dari Sekar menuju desa Clebung ±45 menit. Air terjun yang jernih berpadu dengan pemandangan sekitar air terjun yakni dinding bebatuan kapur membuat anda takjum bagaimana Tuhan menciptakan alam begitu indahnya. Tak hanya letaknya yang masuk agak jauh ke dalam hutan menjadi udara di sekitar air terjun terasa segar dan masih alami, para traveller juga dapat melihat keindahan hutan jati sekitar lokasi air terjun tersebut.
Namun sebelum menuju air terjun pertimbangkan fisik anda terlebih dahulu mengingat anda harus kembali berjalan kaki menuju akses lokasi air terjunnya. Jangan lupa pula bawa pakaian ganti dan sandal gunung yang nyaman untuk menahan medan licin.
Itulah deskripsi singkat potensi wisata alam Bojonegoro bagi para traveller yang ingin berpetualang sekaligus merasakan keindahalan alam Indonesia. Namun saran dari penulis untuk mengunjungi tempat – tempat tersebut para traveller harus bersabar mengingat medan menuju lokasi yang masih buruk, disamping itu anda harus berkunjung pada akhir musim penghujan memasuki musim kemarau. Momen saat itu air terjun masih mengalir begitu deras, berbanding terbalik jika anda berkunjung pada musim kemarau air terjun tidak akan mengalir begitu deras dan terkesan tidak terlalu indah. Disamping itu, berkunjung pada musim kemarau akan meminimalisir anda terkena hujan yang mengganggu jadwal perjalanan anda. So selamat menikmati keindahan alam Bojonegoro dan Indonesia. Jika kita punya keindahan alam mengapa kita harus jauh – jauh berwisata ke luar negeri?


Bojonegoro APBD-mu Untuk Siapa?


Bojonegoro merupakan suatu daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah tepatnya Kabupaten Blora. Kabupaten Bojonegoro terletak pada topografi pegunungan kapur yang tandus dan kering dengan aliran Sungai Bengawan Solo yang menjadi andalan masyarakat sekitar untuk keperluan pengairan pertanian dan perkebunan. Sebagai suatu daerah di dataran rendah wajar jika Kabupaten Bojonegoro mengandalkan sektor pertanian.
Inilah yang menyebabkan wilayah Bojonegoro rentan dengan dampak kekeringan dan kemiskinan, mengingat lahan pertanian yang ada di Bojonegoro sebagian besar merupakan area tadah hujan artinya siklus kesuburan tanah mengandalkan guyuran air hujan.
Potensi alam seperti minyak dan gas bumi yang begitu besar yang terkandung di Kabupaten Bojonegoro membuat dilirik oleh banyak orang. Potensi kandungan minyak dan gas bumi yang diprediksi terbesar se Indonesia membuat banyak masyarakat Bojonegoro begitu menggantungkan harapan mereka pada emas hitam ini.
Harapan itu mulai muncul ketika melihat Alokasi Perbelanjaan Daerah selama 5 tahun terakhir, tahun 2010 APBD Bojonegoro masih menyentuh angka 1 Triliyun, pada tahun 2015 APBD bergerak ke 2,9 T,  dan pada tahun 2016 disahkan pada angka 3,58 T artinya ada lonjakan 20% anggaran perbelajaan Kabupaten Bojonegoro dari tahun 2015.
Namun hitung – hitungan APBD di atas kertas ternyata tak sebanding realisasinya di lapangan, pemerataan pembangunan dan ekonomi yang masih belum maksimal menjadikan Kabupaten Bojonegoro masih masuk kategori “Kabupaten Termiskin” urutan 9 dari 38 Kabupaten / Kota yang ada di Jawa Timur.
Bojonegoro masih bergantung pada sektor industri energi yang memang pada porsinya hanya dinikmati oleh segelintir orang. Sektor lain masih belum digarap maksimal oleh pemerintah daerah. Salah satu sektor yang belum maksimal dikerjakan oleh pemerintah daerah yaitu sektor pariwisata. Kecanggihan teknologi dan kemudahan arus informasi di zaman sekarang ini belum diimbangi dengan realisasi kebijakan yang berpihak kepada sektor ini.
Potensi alam Bojonegoro, terutama daerah Bojonegoro selatan memiliki potensi wisata yang begitu indah dan tergolong masih alami. Tercatat ada beberapa objek wisata yang dapat dijadikan referensi bagi para petualang untuk menjejakkan kaki di Bumi Rajekwesi ini. sebut saja ada air terjun Kedung Maor yang terletak di Kecamatan Temayang, air terjun Kedung Gupit yang terdapada di Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, dan Negeri Atas Angin yang terletak di Desa Deling, Kecamatan Sekar. Tiga objek tersebut masih sebagian kecil objek wisata yang ada di Kabupaten Bojonegoro.
Namun bagi para wisatawan mungkin harap bersabar karena infrastruktur yang tersedia masih dapat dikatakan belum terlalu memadai, terutama dalam hal akses jalan. Askes jalan inilah yang juga menjadi keluhan hampir sebagian besar masyarakat Bojonegoro, kontur tanah yang gampang bergerak membuat pembangunan jalan di Kabupaten Bojonegoro menjadi problem sendiri.
Memang sebelumnya infrastruktur terutama di beberapa lokasi pedesaan lebih parah, bahkan menurut masyarakat Sekar sebelumnya beberapa lokasi yang menuju Sekar dari arah Kecamatan Bubulan jalan tak dapat dilintasi. Pembenahan terjadi ketika memasuki tahun 2010 hingga terakhir 2015 seiring mulai diliriknya objek wisata alam Bukit Cinta atau yang dikenal dengan Negeri Atas Angin di Desa Deling, Kecamatan Sekar.

Namun dengan APBD tahun 2016 yang mencapai hampir 4 T itu pemaksimalan pembangunan dengan baik masih dikatakan kurang, mengingat di beberapa daerah di pelosok Kabupaten Bojonegoro masih terdapat infrastruktur yang belum baik. Diharapkan dengan APBD sebesar 3,58 T pembangunan yang ada di Kabupaten Bojonegoro dapat dimaksimalkan supaya pemerataan pembangunan dapat dinikmati masyarakat pelosok sekalipun. Tujuan akhirnya supaya tingkat kemiskinan yang ditinjau dari indeks pembangunan manusia dapat ditingkatkan perlahan.