Senin, 06 Juni 2016

Aku Ingin Bersama Selamanya

Ketika tunas ini tumbuh, serupa tubuh yg mengakar.
Setiap nafas yg terhembus adalah kata.
Angan, debur & emosi bersatu dlm jubah berpautan.
Tangan kita terikat…
Lidah kita menyatu…
Maka setiap apa yg terucap adalah sabda pendita ratu.
Di luar itu pasir…
Di luar itu debu…
Hanya angin meniup saja lalu terbang hilang tak ada.
Tapi kita tetap menari, menari cuma kita yang tahu.
Jiwa ini tandu…
Maka duduk saja…
Maka akan kita bawa ...
Semua…
Benci, amarah, rindu, dan cinta
Karena kita adalah satu.

Satu selamanya tuk bersama

Jumat, 03 Juni 2016

Bojonegoro, Minyakmu Untuk Siapa?


Bojonegoro dahulu identik dengan kemiskinan dan kekeringan di musim kemaraunya. Hal ini dikarenakan kontur tanah Bojonegoro yang identik dengan tanah kapur, tanah kapur merupakan tanah yang kering dan gersang sulit dalam mencari sumber air. Ini berlawanan dengan sumber matapencaharian sebagian masyarakat Kabupaten Bojonegoro sebagai petani.
Beruntung Kabupaten Bojonegoro oleh Tuhan dianugerahi kekayaan alam yang begitu melimpah berupa minyak dan gas bumi. Memang secara eksploitasi minyak bumi sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu, ketika masa pendudukan kolonial Belanda, tepatnya di Kecamatan Kedewan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Pengolahan minyak bumi saat itu masih dilakukan dengan cara tradisional, bahkan hingga kini ratusan sumur minyak bumi di daerah Kecamatan Kedewan, Malo, dan Kasiman masih dikelola secara tradisional oleh masyarakat setempat.
Ketika kabar berhembusnya eksplorasi dan eksploitasi secara modern tahun 2002 harapan besar masyarakat Kabupaten Bojonegoro akan dahaga dan keluar dari kemiskinan mulai meningkat. Maklum minyak dan gas bumi yang merupakan salah satu aset yang mahal dan diperebutkan beberapa kepentingan. Inilah yang menyebabkan betapa strategisnya minyak bumi yang saat ini masih menjadi sumber energy utama di dunia.
Memasuki 2016 saat ini perjalanan eksplorasi dan eksploitasi sudah berjalan hamper 15 tahun lamanya, kandungan minyak bumi yang diperkirakan mencapai lebih dari 1 milyar barel menjadikan Kabupaten Bojonegoro dengan Blok Cepu-nya merupakan tempat dengan kandungan minyak mentah terbesar se Asia Tenggara. Kandungan tersebut masih berpotensi mengingat ada potensi 1 milyar barel lagi menurut penelitian perusahaan minyak bumi Amerika Serikat, Exxon Mobile.
Memang saat ini kondisi infrastruktur di sebagian besar Kabupaten Bojonegoro sudah mulai ada pembenahan, perbaikan infrastruktur dimulai saat masa pemerintahan Bupati dan Wakil Bupati Suyoto dan Setyo Hartono. Beberapa jalan desa yang dahulu masih dikatakan buruk saat ini dengan program pavingisasi-nya, altrernatif perbaikan jalan desa ini dilakukan karena tanah Bojonegoro yang dikenal dengan tanah gerak dan gampang rusak ketika terkena banjir.
Perbaikan juga tampak pula pada infrastruktur di jalan – jalan perkotaan dan jalan – jalan utama, beberapa jalan utama sudah menggunakan beton untuk konstruksinya supaya lebih bertahan lama. Begitu juga dengan infrastruktur berupa gedung dan kantor pemerintahan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat pembenahan mulai dilakukan dengan mengedepankan pendekatan manusiawi.
Hal menarik pula ketika Bupati terpilih Suyoto memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berkomunikasi secara langsung dengan pemimpinnya melalui forum dialog yang dilakukan setiap hari Jum’at usai sholat Jum’at. Keluhan masyarakat, kritikan, maupun masukan kepada pemerintah dengan sabar ditampung dan diserap untuk dilaksanakan.
Namun dibalik keberhasilan yang telah dicapai pemerintahan Suyoto dan Setyo Hartono ada banyak pekerjaan rumah yang masih belum diselesaikan. Menurut data dari survey nasional Kabupaten Bojonegoro masih menduduk Kabupaten termiskin nomor 9 dari 38 Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Timur. Penilaian ini berdasarkan pada indeks pembangunan masyarakat yang dihitung dari angka harapan hidup, angka melek huruf, lama bersekolah, pengeluaran per kapita, indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli. Padahal jika mengacu pada anggaran yang dialokasikan untuk perbelanjaan daerah (APBD), Kabupaten Bojonegoro berada pada posisi kedua tertinggi se Jawa Timur setelah Kota Surabaya dengan APBD 2016 sebesar 7,893 T. Kabupaten Bojonegoro sendiri dengan alokasi APBD 2016 sejumlah 3,58 T, APBD Kabupaten Bojonegoro jauh dibandingkan daerah – daerah Kabupaten / Kotamadya yang lainnya, Kabupaten Tuban yang merupakan tetangga Kabupaten Bojonegoro hanya mengganggarkan APBD sebesar 2,27 T, Kabupaten Lamongan sebesar 2,141 T, Kabupaten Madiun sebesar 1,5 T, Kabupaten Jombang sebesar 2,4 T. Bahkan anggaran Kabupaten Bojonegoro masih jauh di atas beberapa kota di Jawa Timur, seperti Kota Malang sebesar, 1,8 T, Kabupaten Malang 3,103 T, Kabupaten Gresik dengan APBD 3 T, Banyuwangi sebesar 2,504 T, Kabupaten Kediri 2,490 T, atau Kabupaten Jember sebesar.

Melihat alokasi anggaran yang sedemikian besar, dengan potensi minyak dan gas bumi yang mencapai produksi 180 ribu barel catatan menjadi daerah termiskin nomor 9 se Jawa Timur berdasarkan data Survei Nasional 2013 memang menjadi tanda tanya kemana, dan bagaimana pemerataan pembangunan sesuai alokasi dari APBD sebelumnya. Namun dibalik itu anugerah Tuhan berupa kekayaan alam wajib kita kawal bersama, jangan sampai minyak dan gas bumi yang berada di Kabupaten Bojonegoro ini hanya dinikmati oleh segelintir orang saja.