Istilah
anak merupakan berdasarkan kategorisasi umur manusia. Istilah anak dapat
didefinisikan sebagai orang dewasa dalam bentuk mini sehingga diperlakukan
seperti orang dewasa. Namun sekitar abad ketujuh belas atau kedelapan belas
muncullah ide bahwa masa anak – anak merupakan periode perkembangan yang
spesial karena memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan, dan ciri fisik yang
khas.
John
Locke salah satu filsuf dari Prancis mengatakan bahwa ketika bayi dilahirkan,
dia seperti tabula rasa atau kertas kosong. Pikiran seorang anak merupakan
hasil dari pengalaman dan proses belajar. Pengalaman dan proses belajar yang
diperoleh melalui indera membentuk manusia menjadi individu yang unik. Peran
orang tua dalam perkembangan anak sangat dominan karena orang tua harus
bertanggung jawab untuk mengajari anak tentang kendali diri serta rasionalitas,
serta merancang, memilih, serta menentukan lingkungan dan pengalaman yang
sesuai sejak dilahirkan.
JJ
Rosseau tokoh yang berseberangan pemikiran dengan John Locke memandang seorang
bayi yang dilahirkan, dia sudah dibekali oleh rasa keadilan dan moralitas,
serta perasaan dan pikiran. Ini diartikan ketika bayi dilahirkan, dia sudah
memiliki kapasitas dan modal yang akan terus berkembang secara alami tahap demi
tahap. Tugas orang tua adalah memberikan kesempatan agar bakat dan atau bawaan
tersebut dapat berkembang dan memandu pertumbuhan anak.
Rosseua
juga melakukan kategorisasi tahapan perkembangan anak. Pertama, masa bayi,
sejak lahir sampai usia sekitar dua tahun. Pada masa ini, seorang bayi
mengenali lingkungannya dengan indera. Bayi belum tahu tentang ide atau
penalaran, yang dapat mereka rasakan hanya kesenangan dan rasa sakit. Namun
demikian, bayi yang bersifat aktif memiliki rasa ingin tahu yang besar, serta
dapat belajar dengan cepat.
Tahapan
kedua menurut Rosseua, pada masa anak – anak usia 2 -12 tahun. Masa ini
ditandai dengan kemampuan untuk mandiri, mulai berjalan sendiri, makan sendiri,
berbicara, serta berlari. Pada masa ini, anak mulai mengembangkan penalaran
yang bersifat intuitif karena berhubungan langsung dengan gerakan tubuh dan
indera.
Tahapan
ketiga, masa anak – anak akhir usia 12 – 15 tahun. Masa ini merupakan transisi
dari masa anak – ana menuju masa dewasa. Selama periode ini anak memperoleh
kekuatan fisik yang luar biasa. Sampai tahap ketiga ini, secara alami anak masih
bersifat pre-sosial, artinya mereka hanya peduli pada hal – hal yang
berhubungan dengan dirinya sendiri dan belum memikirkan hubungan sosial.
Tahapan
keempat, usia 15 tahun keatas. Tahap ini ditandai dengan pubertas dan
kepedulian terhadap lingkungan sosial. Tanda – tanda lainnya berupa perubahan
suasana hati yang sering tiba – tiba, mudah marah tanpa alasan yang jelas,
mulai peduli terhadap lawan jenis dan orang lain, mulai merasakan kebutuhan
seksual, serta mulai mampu memahami konsep – konsep abstrak dan mengembangkan
minat pada sains dan moral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar