Bojonegoro merupakan suatu daerah
yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah tepatnya Kabupaten Blora. Kabupaten
Bojonegoro terletak pada topografi pegunungan kapur yang tandus dan kering
dengan aliran Sungai Bengawan Solo yang menjadi andalan masyarakat sekitar
untuk keperluan pengairan pertanian dan perkebunan. Sebagai suatu daerah di
dataran rendah wajar jika Kabupaten Bojonegoro mengandalkan sektor pertanian.
Inilah yang menyebabkan wilayah
Bojonegoro rentan dengan dampak kekeringan dan kemiskinan, mengingat lahan
pertanian yang ada di Bojonegoro sebagian besar merupakan area tadah hujan
artinya siklus kesuburan tanah mengandalkan guyuran air hujan.
Potensi alam seperti minyak dan gas
bumi yang begitu besar yang terkandung di Kabupaten Bojonegoro membuat dilirik
oleh banyak orang. Potensi kandungan minyak dan gas bumi yang diprediksi
terbesar se Indonesia membuat banyak masyarakat Bojonegoro begitu
menggantungkan harapan mereka pada emas hitam ini.
Harapan itu mulai muncul ketika
melihat Alokasi Perbelanjaan Daerah selama 5 tahun terakhir, tahun 2010 APBD
Bojonegoro masih menyentuh angka 1 Triliyun, pada tahun 2015 APBD bergerak ke
2,9 T, dan pada tahun 2016 disahkan pada
angka 3,58 T artinya ada lonjakan 20% anggaran perbelajaan Kabupaten Bojonegoro
dari tahun 2015.
Namun hitung – hitungan APBD di
atas kertas ternyata tak sebanding realisasinya di lapangan, pemerataan
pembangunan dan ekonomi yang masih belum maksimal menjadikan Kabupaten
Bojonegoro masih masuk kategori “Kabupaten Termiskin” urutan 9 dari 38
Kabupaten / Kota yang ada di Jawa Timur.
Bojonegoro masih bergantung pada
sektor industri energi yang memang pada porsinya hanya dinikmati oleh
segelintir orang. Sektor lain masih belum digarap maksimal oleh pemerintah
daerah. Salah satu sektor yang belum maksimal dikerjakan oleh pemerintah daerah
yaitu sektor pariwisata. Kecanggihan teknologi dan kemudahan arus informasi di
zaman sekarang ini belum diimbangi dengan realisasi kebijakan yang berpihak
kepada sektor ini.
Potensi alam Bojonegoro, terutama
daerah Bojonegoro selatan memiliki potensi wisata yang begitu indah dan
tergolong masih alami. Tercatat ada beberapa objek wisata yang dapat dijadikan
referensi bagi para petualang untuk menjejakkan kaki di Bumi Rajekwesi ini.
sebut saja ada air terjun Kedung Maor yang terletak di Kecamatan Temayang, air
terjun Kedung Gupit yang terdapada di Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, dan
Negeri Atas Angin yang terletak di Desa Deling, Kecamatan Sekar. Tiga objek
tersebut masih sebagian kecil objek wisata yang ada di Kabupaten Bojonegoro.
Namun bagi para wisatawan mungkin
harap bersabar karena infrastruktur yang tersedia masih dapat dikatakan belum
terlalu memadai, terutama dalam hal akses jalan. Askes jalan inilah yang juga
menjadi keluhan hampir sebagian besar masyarakat Bojonegoro, kontur tanah yang
gampang bergerak membuat pembangunan jalan di Kabupaten Bojonegoro menjadi
problem sendiri.
Memang sebelumnya infrastruktur
terutama di beberapa lokasi pedesaan lebih parah, bahkan menurut masyarakat
Sekar sebelumnya beberapa lokasi yang menuju Sekar dari arah Kecamatan Bubulan
jalan tak dapat dilintasi. Pembenahan terjadi ketika memasuki tahun 2010 hingga
terakhir 2015 seiring mulai diliriknya objek wisata alam Bukit Cinta atau yang dikenal
dengan Negeri Atas Angin di Desa Deling, Kecamatan Sekar.
Namun dengan APBD tahun 2016 yang
mencapai hampir 4 T itu pemaksimalan pembangunan dengan baik masih dikatakan
kurang, mengingat di beberapa daerah di pelosok Kabupaten Bojonegoro masih
terdapat infrastruktur yang belum baik. Diharapkan dengan APBD sebesar 3,58 T
pembangunan yang ada di Kabupaten Bojonegoro dapat dimaksimalkan supaya pemerataan
pembangunan dapat dinikmati masyarakat pelosok sekalipun. Tujuan akhirnya
supaya tingkat kemiskinan yang ditinjau dari indeks pembangunan manusia dapat
ditingkatkan perlahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar