Memasuki bulan Oktober
ada peristiwa bersejarah khususnya bagi masyarakat Kabupaten Bojonegoro.
Memasuki bulan Oktober 2013 ini Kabupaten Bojonegoro genap berusia 336 tahun.
Sebuah usia yang tentunya sangat tua berdasarkan peradaban manusia. Membuka
sejarah lama, Bojonegoro 336 tahun belumnya ada nama Bojonegoro. Diawali dari
kekalahan Kerajaan Mataram melawan VOC Belanda, pada akhirnya Mataram dipaksa
menandatangani perjanjian politik pada tahun 1677 dimana isi dari perjanjian
tersebut Mataram diharuskan menyerahkan wilayah kekuasaannya di pantai utara
Jawa kepada VOC.
Jipang merupakan satu
dari beberapa wilayah Mataram di pantai utara Jawa yang harus diserahkan ke
VOC. Jipang yang merupakan cikal bakal Bojonegoro sebelumnya merupakan
kadipaten yang kemudian dirubah menjadi Kabupaten pada tanggal 20 Oktober 1677
oleh pemerintahan Belanda kala itu, dengan Wedana Bupati Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel yang juga
merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang. Tanggal 20 Oktober 1677
inilah yang ditetapkan sebagai hari lahirnya Bojonegoro dan setiap tahunnya
tanggal 20 Oktober selalu diidentikkan dengan peringatan hari jadi Kabupaten
Bojonegoro. Kala itu terdapat tiga Kabupaten disekitar Jipang (Bojonegoro) yang
belum ikut pemerintahan Belanda, tiga kabupaten itu adalah Kabupaten Mojoranu,
Kabupaten Padangan, dan Kabupaten Baureno.
Lalu
darimana sebenarnya nama Bojonegoro berasal? Setelah mendirikan Kabupaten
Jipang yang merupakan cikal bakal Bojonegoro, Pemerintahan Belanda mendirikan
wilayah tandingan dengan nama Rajekwesi dengan pusat pemerintahan di
Ngumpakdalem. Diawali dari keinginan pemerintahan Belandan untuk menyatukan
ketiga kabupaten di sekitar Bojonegoro tersebut, akhirnya terjadilah peperangan
dimulai dari perang yang melibatkan Kabupaten Rajekwesi yang merupakan bentukan
Belanda dengan Kabupaten Mojoranu. Hingga tahun 1827 daerah Rajekwesi dibawah
pimpinan R.T. Joyonegoro dipenuhi peperangan dan pemberontakan. Hingga ketika pasukan
Rajekwesi dibawah pimpinan R.T. Joyonegoro terdesak mereka meminta bantuan
Kabupaten Sedayu., lalu dikirimlah pasukan dari Sedayu untuk membantu R.T.
Joyonegoro menyerang Kabupaten Mojoranu. R.T. Sosrodilogo yang merupakan
pimpinan pasukan kerjaan Mojoranu sekaligus putra Pateh Demang R. Sumosirjo
yang menggantikan Bupati Mojoranu R. Sosrodiningrat.
Pada 3
Oktober 1828 pasukan Sosrodilogo menyerah kepada pemerintahan Belanda. Akhirnya
R.T. Joyonegoro yang masih menjabat Bupati Rajekwesi merayakan kemenangan
dengan menggelar pesta besar - besaran setelah berhasil mengalahkan pasukan
Mojoranu. Dari sanalah R.T. Joyonegoro mengganti nama Rajekwesi menjadi
Bojonegoro, Bojonegoro berasal dari kata Bojo yang berarti bersenang - senang,
dan negoro yang berarti Negara. Jadi Bojonegoro dapat diartikan sebagai negara
yang bersenang - senang atau berpesta. Setelah itu pemerintah Belanda
mengangkat R.T. Joyonegoro sebagai Bupati Bojonegoro.
Sebagai
Bupati “Bojonegoro” pertama akhirnya R.T. Joyonegoro memindahkan lokasi pusat
pemerintahan dari sebelumnya di Ngumpakdalem ke utara di tempat yang sekarang.
Namun dahulunya pusat pemerintahan Kabupaten Bojonegoro yang sekarang ini
berada di utara Sungai Bengawan Solo, sebelum dipindahkan oleh Belanda.
Sejarah
merupakan bagian dari peradaban manusia yang tak mungkin bisa dibohongi.
Bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro yang ke - 336 sudah sepatutnya
generasi muda Bojonegoro mengetahui teori awal mula sejarah terbentuknya
Bojonegoro. Hal ini supaya sejarah tidak terputus begitu saja dan hilang
ditelan waktu.