Italia berperang di
pihak sekutu yang menang selama Perang Dunia I. Tetapi pada konferensi
Perdamaian Paris, tuntutan utama Italia untuk mendapatkan wilayah tidak
dipenuhi dan sebagai akibatnya banyak warga negara Italia dan para pemimpin
politik sama - sama merasakan pengkhianatan internasional.
Sekitar tahun 1922,
terdapat 600.000 pengangguran, di saat itulah keanggotaan Fasis Italia tumbuh
dengan pesat, dan dalam bulan Oktober kaum fasis “berbaris menuju Roma”
berakhir dengan penunjukkan Mussolini sebagai Perdana Menteri oleh raja. Dari
sanalah garis besar struktur lembaga politik Italia berubah, dari republic
Italia menjadi kediktatoran pribadi berdasarkan monopoli kekuasaan politik oleh
Partai Fasis. Dari sanalah paham fasisme mulai tumbuh di Italia.
Bergeser ke Jerman,
sama halnya dengan Italia pasca kekalahan perang dunia ke - I, kekalahan
membuat wilayah - wilayah mereka harus rela dikuasai oleh sekutu. Keadaan ini
memperbesar semangat kebencian internasional. Keadaan ini memunculkan kelompok
ekstrimis yang terorganisir di Jerman sesudah perang terdapat partai National
Socialist German Workers (NSDAP) atau “Nazi”, partai Nazi Jerman berasal dari
dua suku kata pertama “nasional”. Tetapi Partai Nazi ternyata bukanlah sosialis
muapun berdasarkan kelas pekerja Jerman, dan dibawah kepemimpinan Hitler ia
mengerahkan militansinya kepada seluruh sektor masyarakat Jerman, dengan
mengecualikan orang - orang Yahudi Jerman.
Didorong keberhasilan
Mussolini di Italia sesudah perang, mencoba mengadakan kudeta di Munich pada
tahun 1923. Namun upaya Hitler dan gerombolan kecil tersebut gagal, Hitler pun
untuk sementara waktu mendekam di penjara. Ketika masa depresi di seantero
dunia pada tahun 1929 dimulai termasuk Jerman yang terkena dampak perekonomian,
nasib Nazi segera membaik. Ketika pengangguran di Jerman naik dari 2 juta
menjadi 6 juta, keanggotaan Nazi dari 100.000 pada tahun 1928 menjadi 1,4 juta
pada tahun 1932, dan pemilih partai Nazi tumbuh dengan angka mengejutkan sampai
5,5 juta pemilih di antara tahun 1928 dan 1930. Akhirnya pemerintah yang melemah
berpaling kepada Hitler, yang ditunjuk sebagai Kanselir dalam bulan Januari
1933. Seperti yang terjadi di Italia, Hitler mengintimidasi oposisi politik dan
merekayasa parlemen dan dukungan pemilih agar bisa menjadi diktator.
Keberhasilan Fasis di
Italia dan Jerman dengan cepat diikuti oleh kudeta - kudeta fasis dan
semi-fasis di Eropa dari Findalia sampa ke Yunani. Di Austria dalam bulan Maret
1933 dan di Bulgaria pada permulaan tahun 1934, lembaga - lembaga demokrasi
yang lemah diganti oleh kediktatoran fasis. Di Spanyol pada tahun 1936, fasis
dibawah Jenderal Francisco Franco memulai revolus militer yang berhasil melawan
Republik Spanyol. Secara beruntut fasis menyebar pesat ke dunia, sejak tahun
1930 nama “fasis” juga diberikan kepada rezim - rezim militer, nasionalis, dan
dictator di Asia (Jepang), Timur Tengah (Mesir), sub-Sahara Afrika (Ghana,
Afrika Selatan), Amerika Latin (Argentina, Brazil, Paraguay) dan di masa yang
lebih baru, Yunani (antara tahun 1967 dan 1974) dan Chili pada September 1973.
Lalu apa yang dinamakan
fasisme? Carlton Cylmer mendefinisikan fasisme sebagai paham anti liberalism,
anti komunisme, dan anti konservatisme. Ambisi dari paham fasis menciptakan
negara totaliter dengan identitas tertentu yang berkuasa, tidak hanya
mengendalikan perilaku para warga negara tetapi juga pikiran dan hatinya, dan
memusnahkan yang lain.
Adapun cara
berfungsinya fasisme berdasar pada pengagungan yang berlebihan terhadap suatu
hal yang mendasar, mengandalkan mobilisasi massa dengan kontrol militer, kekerasan
adalah satu-satu nya cara untuk mengimplementasikan kebijakan, tidak memberi
tempat pada perempuan, regenerasi melalui generasi muda, dan pemimpin yang
karismatik dan diktaktur
DAFTAR PUSTAKA
Carlton Clymer dkk,
2008. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar