Dari segi asas hukum pertambangan di Indonesia telah diatur konstitusi
melalui Undang – Undang Nomor 11 tahun 1967. Landasan dari segi asas hukum ini
sangat perlu dalam memutuskan suatu kebijakan, mengingat konstitusi yang ada
jika ditinjau dari segi politik merupakan produk dari permasalahan yang terjadi
di masyarakat, sehingga harus segera dicari solusi melalui eksekusi kebijakan
publik oleh pemerintah.
Pada Undang – Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan – Ketentuan
Pokok Pertambangan, tidak ditemukan secara eksplisit tentang asas – asas hukum
pertambangan. Namun, apabila kita mengkaji secara mendalam berbagai substansi
pasal – pasal di dalamnya maupun yang tercantum dalam penjelasannya, kita dapat
mengindentifikasi asas – asas hukum pertambangan yang terdapat dalam Undang –
Undang Nomor 11 tahun 1967. Asas – asas itu meliputi asas manfaat, asas
pengusahaan, asas keselarasan, asas partisipatif, asas musyawarah dan mufakat.
Untuk itu, berikut ini penjelasan tentang pengertian kelima asas hukum
sebagaimana yang terkandung dalam Undang – Undang Nomor 11 tahun 1967.
1)
Asas
manfaat
Asas
manfaat merupakan asas, dimana di dalam pengusahaan bahan galian dapat dimanfaatkan
atau digunakan untuk sebesar – besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia.
2)
Asas
pengusahaan
Asas
pengusahaan merupakan asas, dimana di dalam penyelenggaraan usaha pertambangan
atau bahan galian yang terdapat di dalam hukum pertambangan Indonesia dapat
diusahakan secara optimal.
3)
Asas
keselarasan
Asas
keselarasan merupakan dimana ketentuan undang – undang pokok pertambangan harus
selaras atau sesuai dengan cita – cita dasar negara Republik Indonesia.
4)
Asas
partisipatif
Asas
partisipatif merupakan asas dimana pihak swasta maupun perorangan diberikan hak
untuk mengusahakan bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum pertambangan
Indonesia.
5)
Asas
musyawarah dan mufakat
Asas
musyawarah dan mufakat merupakan dimana pemegang kuasa pertambangan yang menggunakan
hak atas tanah hak milik harus membayar ganti kerugian kepada pemilik hak atas
tanah, yang besarnya ditentukan berdasarkan hasil musyawarah (berunding,
berembuk) dan disepakati oleh kedua belah pihak.
Di samping asas – asas yang terkandung dalam UU No. 11 tahun 1967 tersebut,
asas hukum pertambangan minyak dan gas bumi telah di atur pada UU No. 22 tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dalam Pasal 2 secara jelas asas – asas hukum
dalam penyelenggaraan pertambangan migas. Asas – asas itu meliputi ekonomi
kerakyatan, keterpaduan, manfaat, keadilan, keseimbangan, pemerataan,
kemakmuran bersama dan kesejahteraan rakyat banyak, keamanan, keselamatan, dan
kepastian hukum serta berwawasan lingkungan.
1)
Asas
ekonomi kerakyatan
Asas ekonomi kerakyatan yaitu asas dimana
penyelenggaraan pertambangan minyak dan gas bumi harus memberikan peluang yang
sama kepada pelaku ekonomi.
2)
Asas
keterpaduan
Asas keterpaduan dimaksudkan agar setiap
penyelenggara pertambangan minyak dan gas bumi dilakukan secara terpadu dengan
memberhentikan kepentingan nasional, sektor lain dan masyarakat setempat.
3)
Asas
manfaat
Asas manfaat adalah suatu asas di dalam
penyelenggaraan pertambangan minyak dan gas bumi, dimana dalam penyelenggaraan
kegiatan usaha minyak dan gas bumi harus memberikan manfaat atau kegunaan bagi
sebesar – besarnya kemakmuran rakyat banyak.
4)
Asas
keadilan
Asas keadilan adalah suatu asas di dalam
penyelenggaraan pertambangan minyak dan gas bumi dimana penyelenggara kegiatan
itu harus memberikan peluang dan kesempatan yang sama kepada semua warga negara
sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat meningkatkan kemampuan seluruh
masyarakat. Oleh karena itu, di dalam pemberian izin usaha hilir dan kontrak
kerjasama harus dicegah terjadinya praktik monopoli, monopsoni, oligopoli, dan
oligopsoni.
5)
Asas
keseimbangan
Asas keseimbangan merupakan asas
penyelenggaraan pertambangan minyak dan gas bumi, dimana para pihak mempunyai
kedudukan yang setara atau sejajar dalam menentukan bentuk dan substansi
kontrak kerjasama, baik kontrak bagi hasil pertambangan maupun kontrak –
kontrak lainnya.
6)
Asas
pemerataan
Asas pemerataan yaitu asas di dalam
penyelenggara pertambangan minyak dan gas bumi, dimana hasil – hasil dari
pertambangan minyak dan gas bumi dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
7)
Asas
kemakmuran bersama dan kesejahteraan rakyat banyak
Asas ini merupakan asas dimana hasil – hasil
dari pertambangan minyak dan gas bumi dapat memakmurkan (menjadi makmur) dan
menyejahterakan seluruh masyarakat Indonesia.
8)
Asas keamanan
dan keselamatan
Asas dimana penyelenggaraannya mampu
memberikan rasa tentram, tidak ada gangguan dan aman bagi para pihak yang
mengadakan kontrak kerjasama atau penerima izin usaha hilir.
9)
Asas
kepastian hukum
Asas kepastian hukum merupakan asas dalam
penyelenggaraan pertambangan minyak dan gas bumi, dimana dalam penyelenggaraan
usaha minyak dan gas bumi mampu menjamin kepastian hak – hak dan kewajiban para
pihak yang mengadakan kontrak kerjasama atau yang menerima izin usaha hilir.
10)
Asas
berwawasan lingkungan
Asas berwawasan lingkungan yaitu asas dimana
di dalam penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi harus memperhatikan
lingkungan hidup agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.
Dalam setiap penyelenggaraan kegiatan, tentu tak dapat dilepaskan dari
tujuan apa yang ingin dicapai. Begitupun pada penyelenggaraan kegiatan usaha
minyak dan gas bumi, adapun tujuan penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan
gas bumi menurut Salim HS, sebagai berikut ;
1)
menjamin
efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha eksplorasi dan
eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna, serta berdaya saing tinggi dan
berkelanjutan atas minyak dan gas bumi milik negara yang strategis dan tidak
terbarukan melalui mekanisme yang terbuka dan transparan.
2)
Menjamin
efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan, dan niaga secara bertanggungjawab yang diselenggarakan melalui
mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan.
3)
Menjamin
efisiensi dan efektivitas tersedianya minyak bumi dan gas bumi, baik sebagai
sumber energi maupun sebagai bahan baku, untuk kebutuhan dalam negeri
4)
Mendukung
dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional untuk lebih mampu bersaing di tingkat
nasional, regional, dan internasional
5)
Meningkatkan
pendapatan negara untuk memberikan kontribusi yang sebesar – besarnya bagi
perekonomian nasional dan mengembangkan serta memperkuat posisi industri dan
perdagangan Indonesia
6)
Menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang adil dan
merata, serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Keberadaan pertambangan minyak dan gas bumi dalam suatu wilayah mempunyai
arti yang sangat strategis karena dengan adanya usaha pertambangan itu akan
menambah lapangan kerja baru. Sebagian besar warga masyarakat yang berada di
wilayah pertambangan akan direkrut oleh perusahaan untuk dapat bekerja pada
perusahaan pertambangan. Rekrutmen ini akan mencegah terjadinya konflik antara
masyarakat dengan perusahaan. Apabila sebagian dari mereka telah tertampung di
perusahaan, perusahaan akan maan di dalam melakukan usaha eksplorasi dan
eksploitasi.
DAFTAR PUSTAKA
HS Salim, 2008. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta
: Rajawali Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar