Sudah hampir lebih dari
setengah abad yang lalu Indonesia memperingati hari Kemerdekaannya, namun
selama hampir lebih setengah abad itu pula berbagai permasalahan masih
menerjang bangsa yang katanya gemah ripah loh jinawe ini. Permasalahan yang
tampak nyata di sekitar kita saat ini yaitu angka kemiskinan yang masih cukup
tinggi. Sebelum melangkah lebih jauh membahas kemiskinan itu sendiri, kita
perlu mengetahui definis dari kemiskinan itu sendiri. Kemiskinan menurut WHO
badan kesehatan dunia keadaan dimana
terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian
, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas
hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak
adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah
kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara
subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah
mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk
kepada negara-negara yang "miskin". Dalam kitab Suci Umat Islam Al
Qur’an miskin sendiri dibagi dua sebab, pertama karena memang Allah menakdirkan
seseorang itu dalam artian ia sudah sejak lahir miskin, serta yang
kedua miskin karena sebab lain entah itu
disengaja atau tidak oleh manusia itu sendiri. Nah tentu yang berbahaya
ketika kemiskinan itu tercipta karena akibat dari manusia itu sendiri, baik itu
malas bekerja mencari nafkah maupun termiskinkan oleh sistem. Hal yang
berbahaya ketika kemiskinan itu muncul
karena sistem dan kecurangan - kecurangan yang ada.
Ketika melihat realita
yang ada di sekitar kita memang kemiskinan menjadi sesuatu yang tampak dengan
berbagai macam sebabnya, namun yang patut dicermati di Indonesia yaitu
kemiskinan yang terjadi akibat sistem dan kecurangan - kecurangan segelintir
orang saja untuk memenuhi kepentingan individunya. Kemiskinan di negara ini,
erat kaitannya dengan tingkat korupsi yang terjadi. Dikutip dari buku Korupsi yang memiskinkan berdasarkan data dari Faisal
Basri Indonesia termasuk negara dengan tingkat tinggi menempati peringkat 111
dari 180 negaradi dunia ini bersama Ghana, Afrika Selatan, India, Mali, dan
Afganistan. Sedangkan dalam hal korupsi masih berdasarkan data dari Faisal
Basri dalam dikutip dari buku Korupsi
yang Memiskinkan, Indonesia menempati peringkat 108 dari 169 negara di dunia
dilihat dari tingkat korupsi.
Memang ketika berbicara
mengenai korupsi dan kemiskinan tidak
terdapat hubungan secara langsung. Secara
langsung korupsi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dikarenakan investasi
terlambat, alokasi sumber daya terdistorsi, pelarian modal, kapasitas fiscal
turun, serta kualitas infrastruktur rendah. Berikutnya faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi inilah yang
mempengaruhi tingkat kemiskinan. Berdasarkan penelitian dari ICW dari Januari hingga Juni 2010 ditemukan
176 kasus korupsi di pusat dan daerah, dengan 411 orang ditetapkan sebagai
tersangka. Potensi kerugian negara mencapai Rp 2.102.910.349.050 (dua triliyun
seratus dua miliar Sembilan ratus sepuluh juta tiga ratus empat puluh Sembilan
ribu lima puluh rupiah).
Sulitnya memerangi
angka korupsi inilah yang menyebabkan tingkat kemiskinan masih tinggi.
Berdasarkan laporan Lembaga Transparansi
Internasional pada tahun 2010 IPK (Indeks Persepsi Korupsi) Indonesia berada
pada skor 2,8 sama persis dengan tahun 2009, sebuah angka merah yang sangat buruk. Maka jangan heran dengan
kondisi IPK seperti itu kemiskinan masih menghiasi Indonesia ini. Berdasarkan data dari BPS hingga Maret 2010 terdapat
31,02 juta orang atau sekitar 13,33% dengan garis kemiskinan Rp 211.726 / bulan.
Lalu bagaimana dengan
keadaan kemiskinan di daerah kita Bojonegoro? Berdasarkan data yang ada di PPLS (Pendataan Program
Perlindungan Sosial) diketahui angka kemiskinan semakin tinggi, update 30
September 2009 tercatat sekitar 120.000 rumah tangga yang tergolong
miskin. Jadi hampir sekitar 30 % dari jumlah penduduk Bojonegoro ada pada garis
kemiskinan. Dalam
penanganannya Pemkab selama ini
menganggarkan total anggaran, hanya sekitar 5 % dari APBD yang ditujukan guna
menangani masalah kemiskinan. Presentase tersebut tidak mencakup anggaran
pendidikan dan kesehatan.
Gembar gembor potensi Migas yang dipunyai
Bojonegoro juga tak berpengaruh pada masyarakat, justru sebaliknya warga banyak yang kehilangan
matapencaharian mereka sebagai petani karena harus merelakan tanahnya di jual
ke pihak pengelola migas. Munculnya peraturan
tahun (perda) no. 23 tahun 2011 tentang Percepatan pertumbuhan ekonomi daerah
dalam pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi serta pengolahan minyak bumi dan
gas (migas) di Kabupaten Bojonegoro juga belum diprediksi menjadi senjata
yang ampuh dalam meningkatkan taraf kualitas ekonomi dikarenakan pemerintah
daerah tampak belum punya kekuatan menghadapi himpitan investor asing.
Pada akhirnya peran negara sebagaimana dikatakan Immanuel Kant dimana negara berperan
sebagai penjaga malam bagi warga negaranya tidak berfungsi, karena sekarang
rakyat harus secara langsung berhadapan dengan pihak pemilik modal yang
mengancam merongrong mereka dari segi ekonomi. Hal ini lebih parah ketika
sistem birokrasi yang seharusnya berfungsi menyejahterakan masyarakat
berkhianat dengan tidak menjalankan tugasnya. Nah ketika demikian maka fungsi negara untuk menyejahterakan masyarakat
seperti kata Plato tidak akan berjalan.
Lalu dimana peran kita sebagai mahasiswa? Mahasiswa
sebagaimana fungsinya sebagai agent
of change, agent of control and agent of innovation.
Sebagai agen, kekuatan intelektualitas mahasiswa
diarahkan untuk bagaimana menyikapi dan mencari solusi terhadap
persoalan-persoalan dan isu-isu yang itu mengarah pada kepentingan sosial
secara obyektif, peka, kritis dan independen. Mahasiswa harus selalu
menempatkan dirinya pada posisi oposisi konstruktif terhadap pemerintah di mana
artinya jika kebijakan-kebijakan pemerintah berpihak kepada masyarakat maka
mahasiswa akan mendukung, namun jika sebaliknya yang terjadi maka mahasiswa pun
akan bersikap sebaliknya. Oleh sebab itu
mahasiswa dituntut untuk selalu peka terhadap realitas perubahan sosial dalam
masyarakat.
Daftar Pustaka
Hartiningsih, Maria,
2011. Korupsi yang Memiskinkan. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara
Majalah Blok Bojonegoro
edisi Desember 2011
Maksum, Ali, 2010.
Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Ar Ruzz Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar