Judul di atas mungkin
amat menggelitik dan membuat orang awam yang belum paham akan politik tertawa.
Bagaimana tidak menurut orang - orang awam politik itu kotor, politik itu penuh
kebohongan, politik itu penuh tipu daya. Begitulah pengetahuan orang awam
mengenai politik yang tercermin di negara Indonesia ini. Memang melihat
realitanya di lapangan pendapat mengenai politik itu kotor dapat dibenarkan. Hal
ini dikarenakan rakyat telah jenuh dengan janji - janji para tokoh elite politik
di negara ini, dari mulai janji pengentasan kemiskinan, pendidikan murah,
sembako murah dan lain sebagainya. Belum lagi ketika melihat para anggota dewan
yang notabenenya sebagai wakil rakyat yang seakan lupa dengan rakyatnya yang memilihnya.
Proyek pembangunan gedung baru DPR RI yang menelan biaya hampir 1 triliyun jadi
buktinya. Meski pada akhirnya biaya anggaran itu dipangkas “hanya” menjadi 777
milyar rupiah. Namun hal itu seakan masih tidak membuat sakit hati para rakyat
pudar.
Citra politik yang
sudah buruk justu semakin bertambah buruk di mata masyarakat politik. Ada
beberapa hal yang melatarbelakangi mengapa politik itu kian buruk salah satunya
yaitu kasus yang hari - hari ini menggemparkan rakyat yang melibatkan kader
politik dari partai pemerintahan. Berawal dari kasus dugaan suap yang
melibatkan salah seorang kader dari partai demokrat yang menjadi pengurus
penting di DPP partai demokrat kepada sekretaris Kemenpora Wafid Muharrom
perihal pembangunan wisma atlet untuk proyek sea games 2011 di Jakabaring,
Palembang. Belum selesai kasus tersebut rentetan kasus lain pun muncul, yang melibatkan
aktor yang sama. Berawal dari laporan Ketua Mahkaman Konsititusi Mahfud MD
kepada Presiden RI sekaligus Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang
Yudhoyono bahwa ada percobaan penyuapan yang dilakukan M. Nazaruddin selaku
kader partai demokrat kepada sekjen MK Djanedri M. Ghaffar. Belum usai desas
desus kasus tersebut secara misterius sang aktor utama M. Nazaruddin pergi ke
Singapura dengan alasan berobat sehari sebelum dimasukkan ke dalam cekal.
Sungguh menarik ketika
sang bendahara umum tertimpa kasus para kader demokrat lainnya saling beradu
argumen mengenai siapa - siapa yang benar dan salah. Bak api dalam sekam
begitulah peribahasa yang sangat pas untuk keadaan dalam internal partai. Usai
pemilihan ketua umum partai demokrat isu keretakan dua kubu calon ketua umum
yang berkompetisi merebak. Beberapa trik dan konspirasi dilakukan oleh masing -
masing pihak yang merasa tidak sejalan dengan pihak lainnya. Inilah yang
membuat bumbu politik kian tidak mengenakan dan terasa hanya jalan untuk
mencari kekuasaan dan uang semata. Hal yang mencederai filosofi politik awal
mulanya yang suci dan bersih.
Di mata penulis yang
sedang mempelajari mengenai ilmu politik, politik merupakan suatu hal yang suci
dan bersih. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi penulis beragumen seperti
itu. Pertama, ilmu politik lahir berasal dari dua ilmu yang berbeda yaitu
filsafat di daratan eropa dan ilmu hukum di Amerika. Kala itu di eropa utamanya
Yunani dikenal mempunyai filsuf - filsuf yang terkenal. Filsafat sendiri
merupakan suatu ilmu yang mengedepankan berpikir kritis dan benar,
kompeherensif, serta sistematis. Pada pandangan filsuf ide idea
tertinggi adalah ide kebaikan, dibawahnya idea jiwa dunia, yang menggerakkan
dunia. Berikutnya idea keindahkan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, dan
politik. Etika politik harus menjadi bagian dari integral politik dan perlu
dikedepankan. Pada tiap – tiap negara, segala golongan dan segala orang – orang
adalah alat semata – mata untuk kesejahteraan semuanya. Kesejahteraan itulah
yang menjadi tujuan sebenarnya, dan itu pulalah yang menentukan nilai pembagian
pekerjaan. Di Amerika hukum melatarbelakangi politik itu lahir, karena dalam
hukum itu kebenaran harus ditegakkan setinggi - tinggi.
Kedua, asal muasal politik dan
pemerintahan adalah suatu keadaan alamiah, saat itu terdapat hukum alam yang
berisi hukum – hukum Tuhan yang mengatur keadaan alamiah. Keadaaan alamiah itu
adalah dimana ketika manusia hidup dalam kedamaian, kebajikan, saling
melindungi, penuh kebebasan, tak ada rasa takut dan penuh kesetaraan. Ketika
politik sudah tidak lagi memberi kedamaian, kebajikan dan melindungi kehidupan
manusia dalam suatu negara, bisa dikatakan bahwa politik telah kehilangan nilai
- nilai kesakralannya.
Ketiga, politik awal mulanya bukan
merupakan alternatif sumber kekuasaan. Sumber kekuasaan seperti yang
diungkapkan filsuf Yunani Plato, bukan berasal dari seberapa banyak harta
kekayaan yang dimiliki, bukan berasal dari jabatan. Akan tetapi kekuasaan itu
bersumber dari kebaikan dan pengetahuan. Dari kekuasaan itu negara seharusnya
menyejahterakan rakyat yang sudah mengorbankan apapun demi negara. Ingat
pemilihan umum yang diselenggarakan oleh negara merupakan hasil dari uang
rakyat yang masuk ke kas negara pajak yang kemudian menjadi APBN untuk
pengeluaran salah satunya untuk menyelenggarakan pemilihan umum secara
langsung. Jangan sampai dari pemilu langsung yang notabenenya para elite
politik itu dipilih justru melupakan rakyat yang memilihnya.
Politik itu tak membedakan antara
lawan dan kawan, dalam artian lawan harus mendapat perlakuan yang semestinya
layaknya kawan kita sendiri. Politik yang damai dan sehat adalah politik dimana
mereka mau mengakui kehebatan orang lain di atas kehebatan diri kita sendiri.
Lain dari itu pihak yang unggul sudah selayaknya mengedepankan asas
kesejahteraan orang banyak bukan hanya berbicara akan dirinya, keluarganya,
maupun golongannya. Ketika ada oknum elite politik yang melakukan korupsi,
penyuapan, berbohong, atau melupakan rakyat berarti dapat diibaratkan dirinya
tidak pernah mengenyam pendidikan. Lalu ketika ada politisi macam itu patut
dipertanyakan apakah mereka benar - benar mengenyam pendidikan yang layak,
apakah ijazah yang digunakan untuk syarat menjadi anggota legislatif, eksekutif
itu hanya hasil jual beli di bawah meja saja?
Perlu diberikan pemahaman yang lebih
kepada mereka yang menjadi bagian politik di negeri ini bahwa politik itu
adalah suci dan bersih, maka dari itu jangan mencoba - coba untuk menodai
politik itu sendiri kalau tidak ingin dikatakan sebagai orang yang tidak
mempunyai etika dan nilai. Berikutnya tugas kita para pemuda penerus bangsa ini
meluruskan ilmu politik yang sudah melenceng jauh dari titah awal ilmu ini
muncul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar