Berbicara
mengenai Bojonegoro mungkin tak bisa dilepaskan dari kayangan api, waduk pacal,
atau sumber daya migasnya yang memiliki potensi cukup besar. Hal inilah yang
membuat pemikiran masyarakat Bojonegoro itu sempit, Masyarakat Bojonegoro
berasumsi bahwa Bojonegoro hanya memiliki potensi - potensi yang cukup sedikit,
berbeda mungkin ketika pandangan mereka mengenai kabupaten tetangga seperti
Lamongan atau Tuban yang telah lebih dahulu dikenal dengan beberapa potensi terutama
wisatanya.
Anggapan
masyarakat luas yang menyatakan Bojonegoro hanya daerah kota, ngasem, atau
mungkin dander tidaklah sepenuhnya benar. Pada hari selasa 6 September 2011 BSB
bersama perwakilan 2 ormada lain yaitu Himabo Universitas Negeri Malang dan COBS
Universitas Trunojoyo mendapat undangan dari salah satu desa yang di selatan
Bojonegoro, Sebuah desa yang memiliki potensi wisata budaya dan seni yang
begitu besar, desa itu bernama Desa Jono. Desa Jono merupakan sebuah desa yang
merupakan bagian dari kecamatan Temayang, desa ini merupakan desa terluas dari kecamatan Temayang.
Terletak strategis di antara jalan raya Bojonegoro Nganjuk sebenarnya amat
potensial jika diolah menjadi sebuah desa wisata. Terlebih lagi penuturan dari
Kepala Desa tersebut saat diskusi di balai desa bersama teman - teman BSB,
COBS, dan Himabo program desa wisata sendiri sudah mulai digalakkan oleh Bupati
Bojonegoro Kang Yoto bersama pemkab, aparatur desa, dan warga Desa Jono
sendiri.
Lantas
sebenarnya apa yang membuat desa ini begitu potensial dijadikan sebagai desa
wisata? Faktor pertama tentu karena lokasinya yang begitu strategis, meskipun
dari kota Bojonegoro berjarak ± 22 km, namun akses yang sudah lumayan baik
membuat desa ini begitu mudah terjangkau. Namun kendalanya hanya terjadi pada
kondisi akses jalan yang terdapat di desa tersebut yang masih perlu pembenahan
dikarenakan masih terdapat beberapa akses jalan yang kurang layak.
Faktor
kedua, karena desa ini terdapat sentra kerajinan batik jonegoroan salah satu
batik khas Bojonegoro. Pemkab Bojonegoro melalui Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan menetapkan desa Jono sebagai salah satu desa produsen batik khas
Bojonegoro. Meski disana belum banyak terdapat tempat - tempat perajinan batik,
namun bukan tidak mungkin jika sedikit ada sentuhan dan insentif bantuan dari
pemkab dan warga Bojonegoro, desa Jono akan menjadi layaknya kampung batik
Kauman di Solo. Beberapa elemen masyarakat di Bojonegoro sebenarnya sudah mulai
mempedulikan nasib Desa Jono sebagai satu dari 3 tempat sentra batik
Jonegoroan.
Bojonegoro
Facebook Community (BFC) merupakan salah satu komunitas di Bojonegoro yang
sudah mulai melihat potensi batik itu. Salah satu hasil produk batik dari batik
Jonegoroan berhasil dijual hingga negara Korea Selatan melalui perantara sebuah
gambar dan artikel mengenai batik jonegoroan di grup jejaring sosial facebook.
Beberapa motif batik jonegoroan seperti motif jagung, kayangan api, , tembakau, minyak (gotro), sapi, wayang tengul, jati, padi, serta kayangan api
diproduksi batik di sentra desa Jono. Di desa Jono ini juga terdapat sanggar
batik untuk memamerkan batik - batik kreasi penduduk desa Jono. Namun saat ini
potensi batik yang dulu sempat berkembang tampaknya agak fluktuatif naik turun
karena adanya persaingan dengan salah satu tempat pembuatan batik di kota
Bojonegoro seperti keluhan yang disampaikan oleh Kepala Desa Jono.
Wisata budaya dan seni di desa merupakan
ciri khusus, dimana menurut penuturan pihak desa setempat bahwa Jono akan
memiliki sanggar kesenian semacam khusus untuk mempersiapkan dalam rangka
sebagai rangkaian menuju desa wisata di Kabupaten Bojonegoro. Beberapa
perangkat gamelan jawa lengkap sudah tersedia di balai desa. Hal ini sebagai
upaya menggali potensi seni dan budaya jawa, selain itu masih ada beberapa seni
yang bisa dijumpai di Jono yaitu kesenian tayub, karawitan, dan sinden
tradisional jawa. Diharapkan dari sini wisatawan yang berkunjung mampu mengenal
kesenian dan kebudayaan jawa umumnya dan Bojonegoro pada khususnya.
Sebagai bentuk kebanggaan terhadap
Bojonegoro sudah sepantasnya kita yang mengaku warga Bojonegoro, tinggal di
Bojonegoro, atau ber- KTP Bojonegoro bersama - sama menjaga dan mendukung upaya
desa Jono menjadi desa wisata dari kabupaten Bojonegoro. Meski desa Jono itu
bukan merupakan desa tempat tinggal kita, bukan merupakan desa kelahiran kita,
atau bukan merupakan asal keluarga kita, tapi selama itu bagian dari Bojonegoro
dan membawa nama Bojonegoro di tingkat luar daerah sepatutnya kita bersama
mendukung. Terlebih lagi bagi kita yang sudah berganti status menjadi seorang
mahasiswa dimana seorang mahasiswa dituntut untuk menjadi agen perubahan dan
stabilitator di kehidupan bermasyarakat , sudah sepantasnya kita mengambil
peran lebih dibandingkan status sosial di golongan masyarakat lainnya.
Avirista Midaada (Divisi Litbang BSB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar