Sabtu, 28 Mei 2016

Bojonegoro APBD-mu Untuk Siapa?


Bojonegoro merupakan suatu daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah tepatnya Kabupaten Blora. Kabupaten Bojonegoro terletak pada topografi pegunungan kapur yang tandus dan kering dengan aliran Sungai Bengawan Solo yang menjadi andalan masyarakat sekitar untuk keperluan pengairan pertanian dan perkebunan. Sebagai suatu daerah di dataran rendah wajar jika Kabupaten Bojonegoro mengandalkan sektor pertanian.
Inilah yang menyebabkan wilayah Bojonegoro rentan dengan dampak kekeringan dan kemiskinan, mengingat lahan pertanian yang ada di Bojonegoro sebagian besar merupakan area tadah hujan artinya siklus kesuburan tanah mengandalkan guyuran air hujan.
Potensi alam seperti minyak dan gas bumi yang begitu besar yang terkandung di Kabupaten Bojonegoro membuat dilirik oleh banyak orang. Potensi kandungan minyak dan gas bumi yang diprediksi terbesar se Indonesia membuat banyak masyarakat Bojonegoro begitu menggantungkan harapan mereka pada emas hitam ini.
Harapan itu mulai muncul ketika melihat Alokasi Perbelanjaan Daerah selama 5 tahun terakhir, tahun 2010 APBD Bojonegoro masih menyentuh angka 1 Triliyun, pada tahun 2015 APBD bergerak ke 2,9 T,  dan pada tahun 2016 disahkan pada angka 3,58 T artinya ada lonjakan 20% anggaran perbelajaan Kabupaten Bojonegoro dari tahun 2015.
Namun hitung – hitungan APBD di atas kertas ternyata tak sebanding realisasinya di lapangan, pemerataan pembangunan dan ekonomi yang masih belum maksimal menjadikan Kabupaten Bojonegoro masih masuk kategori “Kabupaten Termiskin” urutan 9 dari 38 Kabupaten / Kota yang ada di Jawa Timur.
Bojonegoro masih bergantung pada sektor industri energi yang memang pada porsinya hanya dinikmati oleh segelintir orang. Sektor lain masih belum digarap maksimal oleh pemerintah daerah. Salah satu sektor yang belum maksimal dikerjakan oleh pemerintah daerah yaitu sektor pariwisata. Kecanggihan teknologi dan kemudahan arus informasi di zaman sekarang ini belum diimbangi dengan realisasi kebijakan yang berpihak kepada sektor ini.
Potensi alam Bojonegoro, terutama daerah Bojonegoro selatan memiliki potensi wisata yang begitu indah dan tergolong masih alami. Tercatat ada beberapa objek wisata yang dapat dijadikan referensi bagi para petualang untuk menjejakkan kaki di Bumi Rajekwesi ini. sebut saja ada air terjun Kedung Maor yang terletak di Kecamatan Temayang, air terjun Kedung Gupit yang terdapada di Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, dan Negeri Atas Angin yang terletak di Desa Deling, Kecamatan Sekar. Tiga objek tersebut masih sebagian kecil objek wisata yang ada di Kabupaten Bojonegoro.
Namun bagi para wisatawan mungkin harap bersabar karena infrastruktur yang tersedia masih dapat dikatakan belum terlalu memadai, terutama dalam hal akses jalan. Askes jalan inilah yang juga menjadi keluhan hampir sebagian besar masyarakat Bojonegoro, kontur tanah yang gampang bergerak membuat pembangunan jalan di Kabupaten Bojonegoro menjadi problem sendiri.
Memang sebelumnya infrastruktur terutama di beberapa lokasi pedesaan lebih parah, bahkan menurut masyarakat Sekar sebelumnya beberapa lokasi yang menuju Sekar dari arah Kecamatan Bubulan jalan tak dapat dilintasi. Pembenahan terjadi ketika memasuki tahun 2010 hingga terakhir 2015 seiring mulai diliriknya objek wisata alam Bukit Cinta atau yang dikenal dengan Negeri Atas Angin di Desa Deling, Kecamatan Sekar.

Namun dengan APBD tahun 2016 yang mencapai hampir 4 T itu pemaksimalan pembangunan dengan baik masih dikatakan kurang, mengingat di beberapa daerah di pelosok Kabupaten Bojonegoro masih terdapat infrastruktur yang belum baik. Diharapkan dengan APBD sebesar 3,58 T pembangunan yang ada di Kabupaten Bojonegoro dapat dimaksimalkan supaya pemerataan pembangunan dapat dinikmati masyarakat pelosok sekalipun. Tujuan akhirnya supaya tingkat kemiskinan yang ditinjau dari indeks pembangunan manusia dapat ditingkatkan perlahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar