Dalam
pemikiran Amien Rais untuk menentukan apakah diperlukan suksesi (rotasi,
regenarasi, pergantian) kepemimpinan nasional pada 1998 atau malahan pimpinan
nasional yang sekarang ini perlu diawetkan sampai 2003, kiranya bijak bila
lebih dulu kita buat semacam balance sheet segera sangat elementer tentang
pencapaian - pencapaian pembangunan dan kekurangan - kekurangan yang perlu
diperbaiki pada masa datang, setelah kita melakukan proses pembangunan nasional
selama 2 - 26 tahun terakhir ini.
Paling
tidak ada 5 prestasi orde baru yang dapat dicatat penuh syukur. Pertama,
realisasi stabilitas moneter dan pertumbuhan ekonomi yang mantap. Hal ini juga
diiringi dengan harapan hidup rata - rata bangsa Indonesia telah menjadi young
economic tiger (macan ekonomi muda) atau new - NIC (negara industri yang baru)
di Asia menunjukkan keberhasilan pembangunan ekonomi kita.
Kedua,
berkaitan erat dengan prestasi ekonomi adalah kemampuan Indonesia untuk
berswasembada di bidang pangan. Bimbingan dari pemerintah, produksi pupuk yang
cukup di dalam negeri dan subsidi pada para petani menghasilkan self -
sufficiency di bidang pangan. Untuk sebuah negeri yang pada 1960-an seringkali
dilanda penyakit busung lapar, kemampuan swasembada beras itu merupakan sebuah
pencapaian yang sangat berarti dan pada gilirannya menimbulkan rasa percaya
diri pada bangsa Indonesia.
Ketiga,
stabilitas politik yang relatif mantap dalam 25 tahun terakhir ini telah kita
nikmati. Tidak ada lagi aksi - aksi pemberontakan, gerakan separatis, dan aksi
- aksi politik lain yang membahayakan negara. Meskipun ada letupan - letupan
politik yang agak mengagetkan seperti Peristiwa Malari 1974, Peristiwa Dili,
Tanjung Priuk, Lampung, Aceh, Haur Koneng, Waduk Nipah dan lain sebagainya,
berbagai peristiwa tersebut dapat dikendalikan dengan baik.
Keempat,
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia telah menjadi realitas bangsa yang
sangat membanggakan. Bhineka Tunggal Ika bukan lagi sekedar semboyan melainkan
telah menjadi living reality. Bangsa
Indonesia yang terdiri lebih dari 300 bahasa daerah dan menghuni negara
kepulauan yang mencakup 13.665 pulau yang terserak - serak. Secara geografis
dan geopolitics, rawan terhadap arus atau kecenderungan sentrifugal yang
disentegratif. Namun, persatuan dan kesatuan bangsa telah kita capai dan makin
mantap dalam era orde baru.
Kelima,
citra internasional Indonesia selama 25 tahun terakhir juga meningkat lebih
baik. Sebagai negara besar dengan penduduk terbanyak ke - 4, Indonesia telah
memulai memainkan peranan secara regional dan internasionalnya secara lebih
baik. Sebagai ketua GNB, sebagai negeri muslim terbesar dan negara penting di
kawasan Asia Tenggara, Indonesia sudah semakin memperoleh pengakuan dunia
secara lebih luas.
Namun
dibalik itu semua Amien Rais dalam pemikirannya yang dituangkan dalam sebuah
buku “Berjuang Menuntut Perubahan” ada
catatan - catatan masalah yang sudah kronis yang mengental dalam perjalanan
kehidupan bangsa selama sepuluh sampai lima belas tahun terakhir ini.
Pertama,
walaupun ada pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, kemiskinan dan pengangguran
masih tetap merupakan fenomena kembar yang tidak mudah dipecahkan. Jumlah
rakyat yang masih berada di bawah garis kemiskinan di daerah urban dan rural
mungkin dapat menjadi dua atau tiga kali angka resmi yaitu 27 juta.
Kedua,
korupsi tetap merajelela dan bahkan cenderung makin mengkhawatirkan dari tahun
ke tahun. Pernyataan Prof. Soemitro Djojohadikusumo di Kongres ISEI 1993 bahwa
pemborosan atau pembocoran anggaran pembangunan mencapai 30% bukti bahwa
korupsi merupakan masalah besar yang belum terselesaikan bahkan hingga saat
ini. Dalam jangka panjang, korupsi yang sudah melembaga dan membudaya yang
dapat menghancurkan kehidupan nasional.
Ketiga,
proses demokratisasi kita masih jauh dari apa yang diharapkan. Tidak berlebihan
bila dikatakan bahwa sampai batas yang cukup jauh demokrasi Indonesia lebih
banyak berkaitan dengan format dan belum merefleksikan substansi demokrasi itu
sendiri. Demikian juga konsep substansi demokrasi itu sendiri. Demikian juga
konsep floating mass, single majority dan election with target sesungguhnya
merupakan barang asing dalam sistem demokrasi. Namun hal - hal mestinya asing
itu terima begitu saja, sehingga sejauh mana kita sudah benar - benar
berdemokrasi patut dipertanyakan secara serius. Akan tetapi harus segera
dicatat bahwa proses demokratisasi memang selalu memerlukan waktu yang panjang.
Disamping
tiga masalah besar tersebut, tentu masih banyak masalah - masalah lainnya yang
harus dipecahkan di masa depan seperti misalkan utang luar negeri yang
meningkat, hukum yang semakin kehilangan wibawanya akibat pelecehan yang tidak
putus - putusnya, masalah penegakan HAM, berbagai kasus pertanahan yang sarat
akan konflik sosial dan bersifat eksplosif dan lain sebagainya.
Berbagai
pemikiran Amien Rais dilandasi dengan paradigm islam. Tak heran beliau menolak
pemikiran Cak Nur mengenai sekularisasi. Sebab menurut Amien Rais, islam dan
sekulerisasi adalah dua hal yang tidak bisa dipersatukan. Dalam pandangan Amien
Rais agama dan politik justru saling bersatu, dan satu sama lainnya tidak dapat
dipisahkan. Karenanya beliau berpendapat bahwa sekularisme moderat maupun
sekularisme modern tidak memiliki tempat di agama islam.
Tak hanya
itu, pemikiran Amien Rais kerap terkenal berani. Ketika era tahun 1980-an
beliau dengan lantang berbicara politik, yang kala itu dianggap terlalu
sensitif dan hal yang tabu. Keberanian ini beliau katakana tidak lebih sebagai
bentuk tanggungjawab intelektualnya, keprihatinannya, dan komitmennya sebagai
warga negara. Dari sanalah beliau harapkan dari permasalahan yang dianggap tabu
dibicarakan, dapat berkembangkan menjadi wacana politik, yang nantinya sekaligus
menjadi saluran pendidikan politik rakyat.
Sikap
kritis Amien Rais bahkan semakin lantang ketika menjabat sebagai Ketua Umum PP
Muhammadiyah. Di organisasi sosial keagamaan yang bercorak modernis itu, ia
mengkritik bentuk kesenjangan sosial dan ketidakadilan sosial dengan
lantangnya. Menurutnya, hal itu merupakan akibat dari “syirik politik” dari
rezim Soeharto. Dan ketimpangan sosial dan kesenjangan sosial itu telah menjadi
bencana nasional.
Selain itu
sebagai seorang tokoh penggerak reformasi Amien juga menjadi pegangang
mahasiswa kala itu dalam menentukan arah perjuangan bangsa Indonesia ke
depannya. Beliau juga merupakan tokoh yang menyambut gagasan mahasiswa yang
berupaya mempertemukan dirinya dengan tiga tokoh nasional lainnya yaitu KH.
Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan Sultan Hamengkubuwono X. Dari
pertemuan empat tokoh tersebutlah lahir Deklarasi Ciganjur yang diadakan di
rumah mendiang Almarhum Gus Dur.
Setelah
terlibat langsung proses reformasi Amien Rais memutuskan untuk mendirikan
partai baru yang mengayomi wadah masyarakat Muhammadiyah untuk berpolitik.
Partai ini dinamakan Partai Amanat Nasional (PAN), sebagai penggagas pendirian
partai Amien Rais banyak menyumbangkan ide - idenya untuk platform PAN.
PAN sendiri
PAN bertujuan menjunjung
tinggi dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan
spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan
kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan nondiskriminatif.
Untuk terwujudnyaIndonesia baru, PAN pernah melontarkan gagasan wacana
dialog bentuk negara federasi sebagai jawaban atas ancaman disintegrasi. Titik
sentral dialog adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat
seluruh Indonesia dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa.
Salah satu sumbangan besar Amien Rais bagi
Indonesia ketika menjadi penggerak reformasi 1998. Semangat dan pemikirannya
mengenai pembaruan lebih baik memang belum sepenuhnya berhasil, tapi masih
menurut beliau hal itu memerlukan waktu yang lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar