Pemimpin adalah salah
satu pilar penyangga keberlangsungan bangsa dan negara. Pemimpin merupakan
merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kekuasaan yang
diberikan oleh anggota atau orang yang dipimpinnya (Darsono, 2008 : 13). Pada
pengertian lain James MacGregor Burns mendefinisikan pemimpin merupakan orang
yang berjalan lebih dahulu untuk memandu atau menjalankan ,orang utama dalam suatu
organisasi , dan orang yang memiliki pengikut (Robert Neuschel, 2008 : 33).
Pada era globalisasi
ini semakin banyak bermunculan pemimpin - pemimpin baru mulai dari pemimpin
lama, politikus, selebritis, pemulung, hingga musisi jalanan. Seolah telah
menjadi tradisi rakyat bangsa Indonesia melihat seorang pemimpin hanya dari luarnya
saja. Rakyat sering melihat kemampuan seseorang dalam memimpin hanya dari
penampilan luarnya saja, bagaimana penilaian rakyat ketika tidak meragukan jiwa
kepemimpinan seorang politikus maupun seorang pemimpin yang telah lama
berkuasa. Namun disisi lain rakyat cenderung tidak melihat kemampuan seorang
dengan status yang agak rendah, misalkan seorang pemimpin yang berasal dari
kalangan menengah ke bawah.
Perlu diketahui di
negara ini seorang pemimpin tidak hanya presiden, gubernur, bupati, atau
walikota saja. Padahal kalau kita berpikir secara rasional semua orang bisa
menjadi pemimpin. Seorang ayah sebagai kepala keluarga itu pun juga merupakan
potret dari seorang pemimpin. Bahkan diri kita sendiri juga merupakan pemimpin.
Memimpin diri kita sendiri untuk mengerjakan kebaikan dan menjauhi kejelekan.
Setiap orang mempunyai potensi dan jiwa kepemimpinan dalam dirinya, karena
Allah SWT sendiri telah menciptakan manusia sebagai seorang khalifah. Pada Al
Qur’an Allah SWT telah mengatakan “Sesungguhnya
Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang -
orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan” (QS As Shaad 26). (Departemen Agama, 1989 :
736)
Marilah kita mengurai
makna genteng. Seperti yang kita lihat struktur bangunan rumah genteng berada
di atas. Hal itu diibaratkan sebagai seorang pemimpin yang berada di atas,
mampu melindungi dan mengayomi rakyatnya. Sedangkan pada struktur bangunan
rumah di atasnya terdapat genteng, menyusul di bawahnya ada reng, tiang, tembok
sampai lantai, itu diibaratkan sebagai sebuah negara yang memiliki seorang
pemimpin, perangkatnya, dan rakyatnya. Itulah ibarat negara yang sangat kokoh,
namun dalam perjalanannya tentu ada permasalahan - permasalahan yang menimpa
pemimpin. Hal itu diibaratkan sebagai sebuah genteng yang telah lama terpasang,
jika lama - kelamaan terkena hujan dan panas matahari maka genteng itu akan
rapuh juga.
Adapun jenis - jenis
genteng yaitu keramik, beton, metal, owen, mutiara, jatiwangi. Genteng mutiara
itu ibaratnya seorang pemimpin yang hanya cantik dan cakap dipandang , namun
jiwa kepemimpinannya kosong. Jika genteng owen diibaratkan seorang pemimpin
dengan jiwa kepemimpinan yang rapuh. Jika genteng beton itu ibaratnya seorang
pemimpin dengan jiwa kepemimpinan yang kuat dan kokoh. Maka dari itu seorang
pemimpin harus memiliki sifat - sifat yang cakap untuk memimpin. Edwin Ghiselli
(1971) mengatakan pemimpin itu harus memiliki sifat seperti : kemampuan dan kedudukan sebagai pengawas,
kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, kecerdasan, ketegasan, kepercayaan
diri, dan inisiatif. Rasulullah Saw sendiri mengajarkan kepada kita umatnya
mengenai sifat pemimpin yaitu sidiq (berbuat benar / trustworthiness), tabligh (menyampaikan dalam hal ini berkomunikasi
/ communication), fathonah (cerdas / intelegence), dan amanah (dipercaya / responsibility).
Salah satu pemimpin
yang paling terkemuka di dunia tentu baginda Nabi Muhammad Saw, dimana beliau
sebagai pemimpin disegani kawan maupun lawan. Adapun cara kepemimpinan
Rasulullah seperti disebutkan dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam
Thabrani bahwa Rasulullah selalu membina hubungan yang baik pada umatnya
(muslim) maupun dengan umat lainnya, serta kepemimpinannya dilandasi dengan
kejujuran dan integritas.
Oleh karena itu sudah
sepatutnya kita belajar filosofi dari sebuah genteng. Dimana sebuah genteng
rela menjadi pelindung komponen - komponen bangunan di bawahnya. Kita manusia
sebagai makhluk hidup pilihan Allah SWT untuk menjadi pemimpin di muka bumi
ini, hendaklah menjadi atasan dan pemimpin yang baik kepada makhluk lain yang kita
pimpin atau minimal kita memimpin diri kita sendiri serta keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar