Dalam
panggung politik Indonesia keberadaan partai nasionalis senantiasa dilekatkan
dengan sosok Soekarno, meskipun tidak harus demikian. Soekarno telah
ditempatkan sebagai peletak dasar gagasan nasionalisme Indonesia. Oleh karena
itu, hampir semua partai yang berdiri pada masa reformasi senantiasa membuat
tanda istilah yang ada kaitannya dengan apa yang pernah diletakkan Soekarno. Di
luar Soekarno, ideologi militer seringkali berada berdekatan dengan ideologi
nasionalis.
Gagasan
Soekarno tampaknya menjadi magnet bagi politisi dan rakyat untuk berhimpun di
dalamnya. Sepanjang massa kepartaian Indonesia keberadaan partai nasionalis
terus menghiasi kancah politik nasional, sama halnya dengan partai politik
keagamaan, terutama islam. Keberadaan partai nasionalis ini seringkali
dipertentangkan dengan partai - partai islam.. Bila partai - partai islam
berkecenderungan meletakkan dasar - dasar agama dalam argument bernegara,
sebaliknya partai nasionalis justru dalam batas - batas tertentu, berusaha
mensekulerkan negara. Di antara kedua kekuatan ini seringkali berseberangan
sikap politik.PDI Perjuangan
PDIP
merupakan keberlanjutan atau transformasi dari PDI di era orde baru. PDI
sendiri adalah partai yang lahir dari fusi yang dipaksakan oleh negara pada
tahun 1973. Terdapat lima partai sebagai pembentuk PDI, yaitu PNI, Murba, IPKI,
Parkindo, dan Partai Katolik, tiga partai yang disebut pertama adalah partai
dengan kecenderungan nasionalis- sekuler - progresif - populis, sementara itu
dua partai terakhir adalah partai dengan orientasi keagamaan atau spiritual,
yaitu Kristen dan Katolik. Kelima partai tersebut sering disebut sebagai
kelompok material spiritual, yaitu partai - partai politik dengan orienrasi
pembangunan materiil tanpa mengabaikan aspek spiritual.
Dengan
demikian, PDI kala itu hingga saat ini berganti menjadi PDIP sesungguhnya
adalah sebuah partai dengan ramuan ideologi yang rumit. Di antara unsur - unsur
yang melakukan fusi sendiri terdapat sikap saling curiga. PNI meragukan
loyalitas Parkindo dan Partai Katolik kepada bangsa ini karena dianggap agen
imprealisme dan kapitalisme, sementara itu Parkindo dan Partai Katolik sendiri
mencurigai PNI memiliki keterkaitan dengan PNI Asu yang Orla dan sekedar
menekankan marhaenisme sehingga tidak pancasilais, sedangkan Murba dicurigai
melanjutkan ajaran Trotsky. Dengan demikian tidak aneh apabila saat itu
Parkindo dan Partai Katolik sempat menggagas fusi bersama menjadi Partai
Kristen Demokrat, meskipun akhirnya tidak terealisasikan.
PDIP lahir
dari pertarungan untuk sintas (survive) dan perlawanan terhadap pemaksaan
kehendak negara terhadap kehidupan partai pada masa menjelang keruntuhan orde
baru. Orde baru dengan berbagai cara berusaha menghalang - halangi tampilnya
keturunan Soekarno dalam hal ini Megawati, untuk tampil memimpin PDI karena
dianggap membahayakan penguasa. Konflik berkepanjangan sejak tahun 1993 - 1999
mengakibatkan PDI akhirnya pecah ,satu pihak dibawah kepemimpinan Megawati yang
didukung akar rumput dan pihak lain dibawah kepemimpinan Suryadi yang didukung
orde baru.
Legitimasi
PDI ini diuji dalam pemilu 1997. Pada pemiliu tersebut, PDI kubu Soerjadi
menjadi peserta pemilu bersama PPP dan Golkar. Sementara itu, PDI dibawah
Megawati mengambil sikap boikot pemilu. PDI kubu Megawati memilih golput atau
melakukan aliansi strategis dengan PPP yang dikenal dengan aliansi Mega -
Bintang. Perolehan suara PDI turun drastic dari 14,89 persen pada tahun 1992
menjadi 3,06 pada pemilu 1997. Tajamnya perolehan suara PDI menjadi bukti
legitimasi kepemimpinan PDI dibawah Megawati.
Setelah
orde baru tumbang, dualism kepemimpinan PDI terus berlangsung sampai pada
Megawati mendeklarasikan perubahan nama PDI yang dipimpinnya menjadi PDI
Perjuangan, 14 Februari 1999. Hasil pemilu 1999 kemudian menjadi bukti untuk
kedua kalinya kepemimpinan PDI yang sesungguhnya. Legitimasi rakyat terhadap
kepemimpinan PDI ternyata diberikan kepada PDI dibawah Megawati yang telah
berganti nama menjadi PDI Perjuangan. Di tengah pluralitas partai politik, PDIP
tidak hanya mengalahkan PDI bentukan orde baru tetapi juga mampu keluar sebagai
pemenang pemilu. Hasilnya pemilunya sangat prestisiu, yaitu 33,7%. Diduga
pencapaian yang diraih oleh PDIP dalam pemilu itu tidak akan dapat diulang
dalam sejarah pemilu - pemilu berikutnya, bahkan oleh partai - partai lain.
Sedangkan PDI bentukan orde baru,yang saat itu dibawah Budi Harjono, menjadi
partai decimal, yaitu perolehan suara tidak sampai 1 persen. Dengan demikian,
resistensi pendukung PDI dibawah kepemimpinan Megawati telah melahirkan PDI
Perjuangan.
PDIP
merepresentasikan ideologi nasionalis kerakyatan. Pada saat bersamaan, partai
ini adalah merepresentasikan atau ekspresi politik dari pembilahan sosial
sekuler dan abangan. PDIP ketika masih bersama PDI zaman orde baru sering
berseberangan secara politik dengan partai - partai berorientasi agama
contohnya islam. Ketika amandemen konstitusi dilakukan, PDIP menolak kehendak
sebagian partai islam untuk mengubah pasal yang berhubungan dengan agama.
REFERENSI
Pamungkas, Sigit, 2011. Partai Politik : Teori dan Praktik di
Indonesia. Yogyakarta : Institute for Democracy and Welfarism
Tidak ada komentar:
Posting Komentar