Memasuki bulan Oktober ini ada dua
momentum bersejarah besar dalam sejarah peradaban manusia. Pertama momentum
idul adha atau hari raya kurban maupun momentum haji, kedua momentum peringatan
Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 28 Oktober. Setiap memasuki bulan
Dzulhijjah umat islam di seluruh penjuru dunia memperingati suatu momen yang
tak terlupakan di sejarah peradaban manusia. Bertepatan bulan Dzulhijjah ini
suatu momen mimpi yang luar biasa berat ditujukan kepada salah seorang Nabi dan
Rasul bernama Nabi Ibrahim As, dimana saat itu beliau mendapatkan mimpi untuk
diperintahkan mengurbankan anaknya baginda Ismail As oleh Allah. Jika melihat
logika seorang manusia yang mempunyai nafsu maka hal itu sangat mustahil
mengorbankan satu - satunya putranya yang tersayang demi perintah, tapi itulah
Nabi Ibrahim pada akhirnya bersedia mengorbankan anaknya. Begitu juga kekuatan
mental dan ketulusan Baginda Ismail muda menyerahkan dirinya kepada sang ayah
demi perintah dari Tuhan. Meski pada akhirnya ketika detik - detik akhir akan
disembelih Allah menggantinya dengan seekor domba, momen inilah yang kemudia
diperingati oleh umat islam sedunia dengan idul adha atau hari raya besar.
Begitu besarnya momen ini hingga Allah
menurunkan ayat - ayat dalam Surat Ash Shaffaat ayat 100 - 111. Dalam QS Ash
Shaffaat ayat 102 Allah berfirman, “Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama - sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” Ia (Ismail) menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk kepada orang
- orang yang sabar”. Pelajaran kurban ala Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
merupakan poin ketika Nabi Ibrahim mau mengurbankan sesuatu yang penting yang
Beliau miliki. Ada korelasi yang erat antara idul adha dengan peringatan hari
sumpah pemuda yang jatuh tepat dua hari usai perayaan idul qurban, kesamaannya
tentu pada sesuatu yang disenanginya rela dikurbankan untuk kepentingan agama
dan kepentingan orang lain.
Makna berkurban tak hanya sebatas
menyembelih hewan kurban pada perayaan idul adha saja, namun berkurban
mengandung makna luas di era globalisasi sekarang. Sumpah pemuda ada karena
kerelaan hati para pemuda kala itu yang berjuang memperoleh kemerdekaan melawan
penjajah dari sebelumnya sendiri - sendiri berdasarkan daerah lalu sepakat
menjadi satu mengesampingkan ego akan daerah mereka masing - masing sehingga
lahirlah sumpah pemuda yang merupakan pelopor perjuangan Indonesia menuju
kemerdekaan. Tanpa ada pengorbanan dan kerelaan hati menjadi satu kesatuan
yaitu negara Indonesia, bukan tak mungkin proklamasi kemerdekaan itu tak terwujud.
Peringatan kedua momen yang berdekatan ini sudah seharusnya kita merenunginya.
Ada beberapa nilai yang harus kita tanamkan di hati ketika kaitannya peristiwa
berkurban ala Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, serta peringatan hari sumpah
pemuda.
Pertama, berkurban untuk tidak
mementingkan dirinya sendiri, keluarganya, golongannya, maupun partainya.
Memang ketika kita berteori di atas kertas, hal tersebut kedengarannya
merupakan suatu hal yang mudah. Namun sebagai makhluk yang mempunyai nafsu dan
ego yang besar manusia pada prakteknya sangat sulit untuk merealisasikannya.
Lihatlah realita di lapangan, banyak orang yang lebih mengedepankan kepentingan
dirinya, keluarganya, golongannya, tanpa memikirkan bagaimana kepentingan orang
lain, bagaimana nasib orang lain. Terlebih lagi saat ini kita memasuki masa
liberalisme, kapitalisme, dimana ukurannya setiap orang bebas melakukan dan
mencari sesuatu baik dari segi ekonomi, politik. Namun dibalik itu semua tidak
kita sadari perjuangan mereka hanya karena ada embel - embel dirinya bukan
untuk orang lain. Berkaca pada kisah Ibrahim as dan Ismail as, Beliau berdua
mengajarkan bagaimana berkurban yang ikhlas tanpa memikirkan bagaimana nasib
saya bagaimana nasib keluarga saya, namun ketika Allah memerintah semua itu siap
beliau laksanakan. Begitu pula mengaca pada sejarah perjuangan kaum muda di
tahun 1928-an kala itu, dimana mereka dari asal muasalnya tidak mengenal apa
itu Indonesia, seperti apa itu Indonesia, menyepakati ikrar satu kesatuan dalam
naungan Indonesia, dan berjuang atas nama Indonesia, tidak lagi berdasarkan
daerah asal masing - masing. Ini dikarenakan beliau - beliau sudah terpatri
bahwa mengorbankan ego demi kepentingan yang lebih besar yaitu negara dan
bangsa merupakan keharusan, maka dari itu semangat nasionalisme ada setelah
semangat kedaerahan hadir.
Kedua, berkurban akan kesenangan yang
dimilikinya. Nabi Ismail as merupakan putra satu - satunya Nabi Ibrahim, yang
telah diidam - idamkan sangat lama oleh Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Hajar,
namun perintah untuk menyembelih sesuatu yang sangat disayang merupakan hal
terberat. Namun pada aplikasinya Nabi Ibrahim as berhasil menjalankan itu
semuanya, kasih sayang, kesenangan pada sesuatu tidak akan menghalangi
berkurban melaksanakan perintah Tuhannya. Begitupun perjuangan para pemuda
dahulu melawan penjajah di bumi nusantara ini, jika mereka tidak meninggalkan
kesenangannya sangat mustahil Indonesia bisa merdeka, karena perjuangan melawan
harus ditebus dengan nyawa, harta, bahkan sesuatu yang disenanginya, bahkan
mereka juga mengorbankan keluarganya sekalipun, namun karena bulatnya tekad
mendengungkan satu kata INDONESIA MERDEKA para pahlawan itu rela berhari - hari
meninggalkan rumah untuk berperang berpindah - pindah tempat, para orang tua
kala itu rela melepas anaknya untuk maju ke medan perang berjuang habis -
habisan melawan penjajah. Selain itu kerelaan hati pemuda yang berjuang melawan
penjajah juga dapat diapresiasi lebih. Seperti halnya Nabi Ismail As, ketika
beliau mendengar ayahnya Ibrahim As memintanya izin untuk menyembelihnya karena
perintah dari Allah Tuhan yang menciptakan Ibrahim, Ismail, semua yang ada di
jagat raya ini, Ismail As rela menebus nyawanya masa - masa mudanya untuk
melaksanakan perintah itu. Kesenangan manusia memang tak terbatas dan bahkan
manusia selalu berhasrat untuk menambahnya, namun ketika manusia bisa
mengurbankan kesenangannya demi hal - hal yang penting maka itulah yang dapat
diacungi jempol.
Ketiga, wukuf di Arafah dalam rangkaian
ibadah haji merupakan wujud kebersamaan tak ada perbedaan di antara manusia.
Konflik horizontal dapat menjadikan malapetaka bagi stabilitas negara sendiri.
Maka dari itu menyingkirkan ego masing - masing juga merupakan pengorbanan
karena pada intinya kita sama - sama satu tanah air yaitu Indonesia, satu
bangsa yaitu bangsa Indonesia, dan satu bendera yaitu bendera merah putih. Berkurban
demi persatuan dan kesatuan yang dimaksudkan disini yaitu menyingkirkan
primordialisme ketika berbicara mengenai nation atau negara sebagaimana telah
dicontohkan pendahulu kita 84 tahun yang lalu. Meskipun demikian tak seharusnya
kita melepaskan secara kearifan lokal pada masing - masing daerah yang ada di
Indonesia, karena dari kearifan lokal itu dapat kita tarik benang merah menjadi
satu kesatuan yaitu kearifan nasional yang menjadi cerminan tindakan dan pikir
bangsa Indonesia. Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as
merupakan cerminan persatuan dan kesatuan dua insan mulia di bumi ini, sangat
tidak mungkin perintah kurban itu akan terjadi jika keduanya tidak bersatu
untuk visi misi yang sama yaitu menjalankan perintah Tuhan. Maka ketika Bung
Karno berujar berilah aku 100 orang tua maka akan ku cabut gunung semeru dari
akarnya, tapi beri aku satu pemuda maka akan ku goncangkan dunia. Selamat Hari
Idul Adha dan Selamat Hari Sumpah Pemuda.