Senin, 03 September 2012

Agen Perubahan Berawal dari Hal Paling Sederhana



Mahasiswa adalah kalangan yang memiliki posisi strategis yang secara ekspresif dinyatakan sebagai simbol perubahan sehingga kita dapat mengambil peluang sekaligus tantangan dalam berbagai konteks pembangunan sosial masyarakat. Kata-kata Mahasiswa bukan hanya embel - embel pergantian status dari SMA. Namun mereka yang merasa mahasiswa seyogyanya sadar akan tanggung jawabnya, bukan sekedar berteori atau bermimikri tapi harus mampu bersinergi dengan ilmu yang ada untuk sebuah aplikasi.
Mahasiswa lebih mempunyai tanggungjawab dibandingkan dengan kaum muda lainnya dalam upaya pembangunan suatu negara baik di berbagai bidang. Maka dari itu diperlukan suatu SDM yang banyak dan berkualitas. Namun akhir – akhir ini kualitas SDM Indonesia masih terbilang minim. Maka disinilah diharapkan peran dari mahasiswa yang sesungguhnya. Berbicara mengenai sejarah perjuangan bangsa Indonesia dari sebelum merdeka hingga saat ini tak bisa dilepaskan dengan apa yang dinamakannya dengan pergerakan jiwa muda terutamanya kalangan kaum mahasiswa dan kaum intelektual lainnya. Sebelum era kemerdekaan banyak ditemukannya pergerakan perjuangan pemuda dan mahasiswa yang bersifat kedaerahan seperti Tri Koro Dharmo, kumpulan mahasiswa STOVIA di Jakarta, Jong Sumatra Bond dan sebagainya. Kala pergerakan nasional itu pemuda dan mahasiswa menjadi bagian penting dari perjuangan bangsa Indonesia dalam mencerdaskan penduduk pribumi sebelum merdeka. (Slamet Muljana, 2008 : 283 - 294).  
Mahasiwa biasanya menjadi orang yang paling resah dengan ketidakberesan di berbagai bidang. Sebagai kaum intelektual muda mahasiswa memiliki idealisme dan pemikiran yang masih terbebas dari berbagai kepentingan. Dalam pergerakannya mahasiswa mempunyai peranan penting yang telah mewarnai belantika negeri ini, sebagai agent of change atau agen perubahan. Di mana mahasiswa dalam fungsi ini dituntut sebagai penggerak untuk merubah suatu keadaan yang tidak maksimal menjadi sebuah keadaan yang maksimal dengan memanfaatkan potensi yang tersedia di sekitar lingkungan.
Sebagai sosok yang berperan dalam agen perubahan mahasiswa diharapkan menjadi oase di tengah keringnya akan sosok – sosok yang berkualitas. Tak hanya sekedar berteori di atas kertas saja, namun mahasiswa juga harus memiliki sifat 3 D (Discourse, Discussion, and Do Something). Langkah pertama adalah Discourse (diskursus) dimana kita dapat berpartisipasi dengan kritis terhadap yang terjadi di masyarakat, mewacanakan isu-isu penting yang dikonstruksikan secara sosial mempunya peran yang sangat sesuai sebagai kontrol sosial dan stabilitator dalam berbagai bidang kehidupan. Mahasiswa setidaknya perlu memahami atau setidaknya tahu tentang segala isu – isu nasional negara dan tak kalah penting pada lingkungan sekitar asal mahasiswa itu sendiri. Langkah kedua adalah discuss (diskusi). Inilah yang menjadi kekuatan intelektual mahasiswa. Dari isu - isu yang telah dirancang dan diwacanakan tersebut, maka selanjutnya kita diskusikan. Sarana diskusi ini selain membudayakan berpikir kritis untuk mahasiswa, juga sangat penting untuk menjaring aspirasi dari berbagai sudut pandang. Langkah ketiga adalah do something (Lakukan Sesuatu). Langkah ini merupakan ujung tombak dari aktivitas intelektual yang telah kita lakukan yaitu aksi konkret dengan bekerjasama dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Pada langkah do something (lakukan sesuatu) ini mahasiswa hendaknya dituntut lebih peka kepada kondisi keadaan masyarakat. Sebagai implementasi dari teori yang sudah didapatnya alangkah baik dan spesifiknya dimulai dari hal – hal yang bersifat sederhana minimal di tingkat daerah asal mahasiswa itu sendiri. Mengapa demikian? Karena sebagai agen perubahan ini mahasiswa akan sulit jika langsung berbicara mengenai perubahan ke arah yang baik pada negara secara keseluruhan, dan langkah yang paling realistis tentunya dengan menjadi agen perubahan minimal di daerah asal mahasiswa itu sendiri. Selain itu dengan itu kita sebagai mahasiswa bisa lebih fokus untuk mengimplementasikan peran dari mahasiswa sebagai agen perubahan.
Wujud dari agen perubahan ini sendiri bisa dalam hal bermacam – macam. Namun satu hal bidang yang paling dasar yang sebenarnya mahasiswa dapat masuk dan berkecimpung di ranah ini, yaitu pendidikan. Mengapa harus pendidikan? Hal ini dikarenakan awal dari segala perubahan itu adalah  pada pendidikan. Fungsi ini dapat dengan mudah dijamah oleh mahasiswa, karena selain mereka telah memiliki ilmu dan pengalaman yang cukup selama mengikuti pendidikan di tingkat menengah dan atas, ditambah lagi pengalaman dan ilmu di dunia perkuliahan. Dari contoh bidang lain mungkin di bidang lingkungan, ketika kampong halaman kita sering mengalami peristiwa banjir dikarenakan sistem pembuangan air yang buruk maka tak ada salahnya jika ada seorang mahasiswa yang sudah mendapatkan ilmunya di bangku perkuliahan mengenai sistem drainase diharapkan mengaplikasikannya.
Hal tersebut merupakan contoh sederhana yang dapat dipraktekkan maahsiswa sebagai agen perubahan di tengah masyarakat. Pada intinya sebuah agen perubahan yang dijalankan mahasiswa tidak harus di awali dengan langsung berbicara mengenai reshuffle kabinet dengan cara berdemonstrasi, berteriak – teriak dan memaki para elite politik yang melakukan korupsi dan menyengsarakan rakyatnya saja. Namun kita juga harus mampu melihat seberapa besarkah peran diri kita dalam melakukan do something minimal ke dalam masyarakat lingkungan tempat kita tinggal baik di kos atau kontrakan, maupun di kampung kelahiran kita masing – masing, jangan hanya berbicara dan mengkritik orang lain. Perubahan itu tidak harus langsung di mulai dari hal – hal yang besar dengan berteriak dan berdemonstrasi untuk menyuruh orang berubah. Namun perubahan yang besar itu dimulai dari hal – hal yang kecil yang mudah untuk kita praktekkan sendiri, dimulai dari diri sendiri, lingkungan sekeluarga kita, dan lingkungan sekitar di mana kita tinggal dan dimana kita dilahirkan. Jika hal itu dapat kita implementasikan maka peran mahasiswa sebagai agen perubahan dapat terasa lebih menyentuh dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Maka dari itu, mulailah peran mahasiswa itu ke hal yang sederhana, kemudian kita praktekkan terlebih dahulu ke daerah asal kita masing – masing. Berawal dari sanalah ketika kita sudah dapat memberikan peran sebagai agen perubahan kita baru berbicara mengenai perubahan untuk negara dalam hal yang luas. Satu hal yang pasti sebagai agen perubahan jangan hanya berteriak seperti singa kelaparan di tempat kita menuntut ilmu (di Malang) tapi seperti singa ompong tak bersuara dan tak berperan di daerah kita masing – masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar