Senin, 03 September 2012

Politik Itu Suci dan Bersih



Judul di atas mungkin amat menggelitik dan membuat orang awam yang belum paham akan politik tertawa. Bagaimana tidak menurut orang - orang awam politik itu kotor, politik itu penuh kebohongan, politik itu penuh tipu daya. Begitulah pengetahuan orang awam mengenai politik yang tercermin di negara Indonesia ini. Memang melihat realitanya di lapangan pendapat mengenai politik itu kotor dapat dibenarkan. Hal ini dikarenakan rakyat telah jenuh dengan janji - janji para tokoh elite politik di negara ini, dari mulai janji pengentasan kemiskinan, pendidikan murah, sembako murah dan lain sebagainya. Belum lagi ketika melihat para anggota dewan yang notabenenya sebagai wakil rakyat yang seakan lupa dengan rakyatnya yang memilihnya. Proyek pembangunan gedung baru DPR RI yang menelan biaya hampir 1 triliyun jadi buktinya. Meski pada akhirnya biaya anggaran itu dipangkas “hanya” menjadi 777 milyar rupiah. Namun hal itu seakan masih tidak membuat sakit hati para rakyat pudar.
Citra politik yang sudah buruk justu semakin bertambah buruk di mata masyarakat politik. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi mengapa politik itu kian buruk salah satunya yaitu kasus yang hari - hari ini menggemparkan rakyat yang melibatkan kader politik dari partai pemerintahan. Berawal dari kasus dugaan suap yang melibatkan salah seorang kader dari partai demokrat yang menjadi pengurus penting di DPP partai demokrat kepada sekretaris Kemenpora Wafid Muharrom perihal pembangunan wisma atlet untuk proyek sea games 2011 di Jakabaring, Palembang. Belum selesai kasus tersebut rentetan kasus lain pun muncul, yang melibatkan aktor yang sama. Berawal dari laporan Ketua Mahkaman Konsititusi Mahfud MD kepada Presiden RI sekaligus Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bahwa ada percobaan penyuapan yang dilakukan M. Nazaruddin selaku kader partai demokrat kepada sekjen MK Djanedri M. Ghaffar. Belum usai desas desus kasus tersebut secara misterius sang aktor utama M. Nazaruddin pergi ke Singapura dengan alasan berobat sehari sebelum dimasukkan ke dalam cekal.
Sungguh menarik ketika sang bendahara umum tertimpa kasus para kader demokrat lainnya saling beradu argumen mengenai siapa - siapa yang benar dan salah. Bak api dalam sekam begitulah peribahasa yang sangat pas untuk keadaan dalam internal partai. Usai pemilihan ketua umum partai demokrat isu keretakan dua kubu calon ketua umum yang berkompetisi merebak. Beberapa trik dan konspirasi dilakukan oleh masing - masing pihak yang merasa tidak sejalan dengan pihak lainnya. Inilah yang membuat bumbu politik kian tidak mengenakan dan terasa hanya jalan untuk mencari kekuasaan dan uang semata. Hal yang mencederai filosofi politik awal mulanya yang suci dan bersih.
Di mata penulis yang sedang mempelajari mengenai ilmu politik, politik merupakan suatu hal yang suci dan bersih. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi penulis beragumen seperti itu. Pertama, ilmu politik lahir berasal dari dua ilmu yang berbeda yaitu filsafat di daratan eropa dan ilmu hukum di Amerika. Kala itu di eropa utamanya Yunani dikenal mempunyai filsuf - filsuf yang terkenal. Filsafat sendiri merupakan suatu ilmu yang mengedepankan berpikir kritis dan benar, kompeherensif, serta sistematis. Pada pandangan filsuf ide idea tertinggi adalah ide kebaikan, dibawahnya idea jiwa dunia, yang menggerakkan dunia. Berikutnya idea keindahkan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, dan politik. Etika politik harus menjadi bagian dari integral politik dan perlu dikedepankan. Pada tiap – tiap negara, segala golongan dan segala orang – orang adalah alat semata – mata untuk kesejahteraan semuanya. Kesejahteraan itulah yang menjadi tujuan sebenarnya, dan itu pulalah yang menentukan nilai pembagian pekerjaan. Di Amerika hukum melatarbelakangi politik itu lahir, karena dalam hukum itu kebenaran harus ditegakkan setinggi - tinggi.
Kedua, asal muasal politik dan pemerintahan adalah suatu keadaan alamiah, saat itu terdapat hukum alam yang berisi hukum – hukum Tuhan yang mengatur keadaan alamiah. Keadaaan alamiah itu adalah dimana ketika manusia hidup dalam kedamaian, kebajikan, saling melindungi, penuh kebebasan, tak ada rasa takut dan penuh kesetaraan. Ketika politik sudah tidak lagi memberi kedamaian, kebajikan dan melindungi kehidupan manusia dalam suatu negara, bisa dikatakan bahwa politik telah kehilangan nilai - nilai kesakralannya.
Ketiga, politik awal mulanya bukan merupakan alternatif sumber kekuasaan. Sumber kekuasaan seperti yang diungkapkan filsuf Yunani Plato, bukan berasal dari seberapa banyak harta kekayaan yang dimiliki, bukan berasal dari jabatan. Akan tetapi kekuasaan itu bersumber dari kebaikan dan pengetahuan. Dari kekuasaan itu negara seharusnya menyejahterakan rakyat yang sudah mengorbankan apapun demi negara. Ingat pemilihan umum yang diselenggarakan oleh negara merupakan hasil dari uang rakyat yang masuk ke kas negara pajak yang kemudian menjadi APBN untuk pengeluaran salah satunya untuk menyelenggarakan pemilihan umum secara langsung. Jangan sampai dari pemilu langsung yang notabenenya para elite politik itu dipilih justru melupakan rakyat yang memilihnya.
Politik itu tak membedakan antara lawan dan kawan, dalam artian lawan harus mendapat perlakuan yang semestinya layaknya kawan kita sendiri. Politik yang damai dan sehat adalah politik dimana mereka mau mengakui kehebatan orang lain di atas kehebatan diri kita sendiri. Lain dari itu pihak yang unggul sudah selayaknya mengedepankan asas kesejahteraan orang banyak bukan hanya berbicara akan dirinya, keluarganya, maupun golongannya. Ketika ada oknum elite politik yang melakukan korupsi, penyuapan, berbohong, atau melupakan rakyat berarti dapat diibaratkan dirinya tidak pernah mengenyam pendidikan. Lalu ketika ada politisi macam itu patut dipertanyakan apakah mereka benar - benar mengenyam pendidikan yang layak, apakah ijazah yang digunakan untuk syarat menjadi anggota legislatif, eksekutif itu hanya hasil jual beli di bawah meja saja?
Perlu diberikan pemahaman yang lebih kepada mereka yang menjadi bagian politik di negeri ini bahwa politik itu adalah suci dan bersih, maka dari itu jangan mencoba - coba untuk menodai politik itu sendiri kalau tidak ingin dikatakan sebagai orang yang tidak mempunyai etika dan nilai. Berikutnya tugas kita para pemuda penerus bangsa ini meluruskan ilmu politik yang sudah melenceng jauh dari titah awal ilmu ini muncul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar