Senin, 17 September 2012

Menuju Desa Wisata di Bojonegoro



Berbicara mengenai Bojonegoro mungkin tak bisa dilepaskan dari kayangan api, waduk pacal, atau sumber daya migasnya yang memiliki potensi cukup besar. Hal inilah yang membuat pemikiran masyarakat Bojonegoro itu sempit, Masyarakat Bojonegoro berasumsi bahwa Bojonegoro hanya memiliki potensi - potensi yang cukup sedikit, berbeda mungkin ketika pandangan mereka mengenai kabupaten tetangga seperti Lamongan atau Tuban yang telah lebih dahulu dikenal dengan beberapa potensi terutama wisatanya.
Anggapan masyarakat luas yang menyatakan Bojonegoro hanya daerah kota, ngasem, atau mungkin dander tidaklah sepenuhnya benar. Pada hari selasa 6 September 2011 BSB bersama perwakilan 2 ormada lain yaitu Himabo Universitas Negeri Malang dan COBS Universitas Trunojoyo mendapat undangan dari salah satu desa yang di selatan Bojonegoro, Sebuah desa yang memiliki potensi wisata budaya dan seni yang begitu besar, desa itu bernama Desa Jono. Desa Jono merupakan sebuah desa yang merupakan bagian dari kecamatan Temayang, desa ini merupakan  desa terluas dari kecamatan Temayang. Terletak strategis di antara jalan raya Bojonegoro Nganjuk sebenarnya amat potensial jika diolah menjadi sebuah desa wisata. Terlebih lagi penuturan dari Kepala Desa tersebut saat diskusi di balai desa bersama teman - teman BSB, COBS, dan Himabo program desa wisata sendiri sudah mulai digalakkan oleh Bupati Bojonegoro Kang Yoto bersama pemkab, aparatur desa, dan warga Desa Jono sendiri.
Lantas sebenarnya apa yang membuat desa ini begitu potensial dijadikan sebagai desa wisata? Faktor pertama tentu karena lokasinya yang begitu strategis, meskipun dari kota Bojonegoro berjarak ± 22 km, namun akses yang sudah lumayan baik membuat desa ini begitu mudah terjangkau. Namun kendalanya hanya terjadi pada kondisi akses jalan yang terdapat di desa tersebut yang masih perlu pembenahan dikarenakan masih terdapat beberapa akses jalan yang kurang layak.
Faktor kedua, karena desa ini terdapat sentra kerajinan batik jonegoroan salah satu batik khas Bojonegoro. Pemkab Bojonegoro melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menetapkan desa Jono sebagai salah satu desa produsen batik khas Bojonegoro. Meski disana belum banyak terdapat tempat - tempat perajinan batik, namun bukan tidak mungkin jika sedikit ada sentuhan dan insentif bantuan dari pemkab dan warga Bojonegoro, desa Jono akan menjadi layaknya kampung batik Kauman di Solo. Beberapa elemen masyarakat di Bojonegoro sebenarnya sudah mulai mempedulikan nasib Desa Jono sebagai satu dari 3 tempat sentra batik Jonegoroan.
Bojonegoro Facebook Community (BFC) merupakan salah satu komunitas di Bojonegoro yang sudah mulai melihat potensi batik itu. Salah satu hasil produk batik dari batik Jonegoroan berhasil dijual hingga negara Korea Selatan melalui perantara sebuah gambar dan artikel mengenai batik jonegoroan di grup jejaring sosial facebook. Beberapa motif batik jonegoroan seperti motif jagung, kayangan api, , tembakau, minyak (gotro), sapi, wayang tengul, jati, padi, serta kayangan api diproduksi batik di sentra desa Jono. Di desa Jono ini juga terdapat sanggar batik untuk memamerkan batik - batik kreasi penduduk desa Jono. Namun saat ini potensi batik yang dulu sempat berkembang tampaknya agak fluktuatif naik turun karena adanya persaingan dengan salah satu tempat pembuatan batik di kota Bojonegoro seperti keluhan yang disampaikan oleh Kepala Desa Jono.
Wisata budaya dan seni di desa merupakan ciri khusus, dimana menurut penuturan pihak desa setempat bahwa Jono akan memiliki sanggar kesenian semacam khusus untuk mempersiapkan dalam rangka sebagai rangkaian menuju desa wisata di Kabupaten Bojonegoro. Beberapa perangkat gamelan jawa lengkap sudah tersedia di balai desa. Hal ini sebagai upaya menggali potensi seni dan budaya jawa, selain itu masih ada beberapa seni yang bisa dijumpai di Jono yaitu kesenian tayub, karawitan, dan sinden tradisional jawa. Diharapkan dari sini wisatawan yang berkunjung mampu mengenal kesenian dan kebudayaan jawa umumnya dan Bojonegoro pada khususnya.
Sebagai bentuk kebanggaan terhadap Bojonegoro sudah sepantasnya kita yang mengaku warga Bojonegoro, tinggal di Bojonegoro, atau ber- KTP Bojonegoro bersama - sama menjaga dan mendukung upaya desa Jono menjadi desa wisata dari kabupaten Bojonegoro. Meski desa Jono itu bukan merupakan desa tempat tinggal kita, bukan merupakan desa kelahiran kita, atau bukan merupakan asal keluarga kita, tapi selama itu bagian dari Bojonegoro dan membawa nama Bojonegoro di tingkat luar daerah sepatutnya kita bersama mendukung. Terlebih lagi bagi kita yang sudah berganti status menjadi seorang mahasiswa dimana seorang mahasiswa dituntut untuk menjadi agen perubahan dan stabilitator di kehidupan bermasyarakat , sudah sepantasnya kita mengambil peran lebih dibandingkan status sosial di golongan masyarakat lainnya.
Avirista Midaada (Divisi Litbang BSB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar