Minggu, 21 Oktober 2012

Partai - Partai Programatik


Partai programatik merupakan partai yang tidak mendasarkan diri pada ideologi tertentu secara rigid. Partai jenis ini lebih berorientasi pada program, yang menurut mereka dianggap baik, apapun ideologinya. Partai ini berusaha keluar dari kerumitan ideologi partai yang dalam beberapa hal kontraproduktif. Solusi atas masalah menjadi titik tekan partai jenis ini tanpa harus mempersoalkan jenis ideologinya.
Di Indonesia, partai programatik pertama kali tumbuh didorong oleh orde baru, yaitu Golkar. Partai ini dipakai orde baru untuk melancarkan program pemerintah. Fasilitasi terhadap hadirnya jenis partai itu bahkan difasilitasi secara berlebihan sehingga tidak memberi ruang sama sekali bagi perkembangan partai - partai lain. Pada masa reformasi partai jenis ini tumbuh berkembang dengan baik. Prospek elektoralnya sangat menjanjikan karena ia berada pada spectrum tengah antara nasionalis dan islam. Beberapa contoh dari tipe partai ini yaitu
1. Golkar 
Sejarah Partai Golkar bermula pada tahun 1964 dengan berdirinya Sekber Golkar di masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Sekber Golkar didirikan oleh golongan militer, khususnya perwira Angkatan Darat ( seperti Letkol Suhardiman dari SOKSI) menghimpun berpuluh-puluh organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani, dan nelayan dalam Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar).
Sekber Golkar didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964. Sekber Golkar ini lahir karena rongrongan dari PKI beserta ormasnya dalam kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang makin meningkat. Sekber Golkar ini merupakan wadah dari golongan fungsional/golongan karya murni yang tidak berada dibawah pengaruh politik tertentu. Terpilih sebagai Ketua Pertama Sekber Golkar adalah Brigadir Jenderal (Brigjen) Djuhartono sebelum digantikan Mayor Jenderal (Mayjen) Suprapto Sukowati lewat Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I, Desember 1965.
Jumlah anggota Sekber Golkar ini bertambah dengan pesat, karena golongan fungsional lain yang menjadi anggota Sekber Golkar dalam Front Nasional menyadari bahwa perjuangan dari organisasi fungsional Sekber Golkar adalah untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945. Semula anggotanya berjumlah 61 organisasi yang kemudian berkembang hingga mencapai 291 organisasi.
Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:
1.                              Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)
2.                              Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)
3.                              Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)
4.                              Organisasi Profesi Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)
5.                               Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)
6.                              Gerakan Pembangunan Untuk menghadapi Pemilu 1971,



GOLKAR menyatakan diri bukan parpol karena terminologi ini mengandung pengertian dan pengutamaan politik dengan mengesampingkan pembangunan dan karya. September 1973, GOLKAR menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) I di Surabaya. Mayjen Amir Murtono terpilih sebagai Ketua Umum. Konsolidasi GOLKAR pun mulai berjalan seiring dibentuknya wadah-wadah profesi, seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) dan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).
Setelah Peristiwa G30S maka Sekber Golkar, dengan dukungan sepenuhnya dari Soeharto sebagai pimpinan militer, melancarkan aksi-aksinya untuk melumpuhkan mula-mula kekuatan PKI, kemudian juga kekuatan Bung Karno. Pada dasarnya Golkar dan TNI-AD merupakan tulang punggung rezim militer Orde Baru.
Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan Golkar. Selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa, jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir semuanya diduduki oleh kader-kader Golkar. Keluarga besar Golongan Karya sebagai jaringan konstituen, dibina sejak awal Orde Baru melalui suatu pengaturan informal yaitu jalur A untuk lingkungan militer, jalur B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G untuk lingkungan sipil di luar birokrasi.
Pemuka ketiga jalur terebut melakukan fungsi pengendalian terhadap Golkar lewat Dewan Pembina yang mempunyai peran strategis. Jadi Pimpinan Pemilu Dalam pemilu Golkar yang berlambang beringin ini selalu tampil sebagai pememang. Kemenangan Golkar selalu diukir dalam pemilu di tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Arus reformasi bergulir.
Tuntutan mundur Presiden Soeharto menggema di mana-mana. Soeharto akhirnya berhasil dilengserkan oleh gerakan mahasiswa. Hal ini kemudian berimbas pada Golkar. Karena Soeharto adalah penasehat partai, maka Golkar juga dituntut untuk dibubarkan. Saat itu Golkar dicerca di mana-mana.
Akbar Tandjung yang terpilih sebagai ketua umum di era ini kemudian mati-matian mempertahankan partai. Di bawah kepemimpinan Akbar, Golkar berubah wujud menjadi Partai Golkar. Saat itu Golkar juga mengusung citra sebagai Golkar baru. Upaya Akbar tak sia-sia, dia berhasil mempertahankan Golkar dari serangan eksternal dan krisis citra, inilah yang membuat Akbar menjadi ketua umum Golkar yang cukup legendaris.

2. Partai Demokrat

PD mengusung gagasan nasionalisme - religious, sebuah jalan tengah antar blok nasionalisme dan blok agama, humanism, dan pluralisme, serta demokrasi. Ketika pertama kali mengikuti pemilu 2004, PD tidak mendapatkan suara yang besar tetapi juga mampu berprestasi besar. Pemilu DPR mendapat dukungan 7 persen, urutan kelima sebanding dengan partai - partai yang terlebih dahulu berdiri seperti PPP dan PAN. Bermodal suara itu PD kemudian mengusung calon presiden dan memenangkannya. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono - Yusuf Kalla dalam putaran pertama memperoleh suara 34% dan kedua 61% meraih suara terbanyak mengalahkan kompetitornya.
Prestasi PD terus berkibar pada pemilu berikutnya tahun 2009. Perolehan suara PD meningkat 300 persen dan menjadi pemenang pemilu dengan 21 persen mengalahkan Golkar dan PDIP. Lebih lanjut, dalam pemilu presiden dan wakil presiden, SBY selaku Dewan Pembina PD berpasangan dengan seorang teknokrat dari UGM Budiono, menang dalam sekali putaran dengan perolehan suara 61%. Kekuatan partai ini sepenuhnya bertumpu pada individi SBY dan keberhasilan pemerintahannya.

3. Hanura

Hanura berdiri pada 21 Desember 2006 dengan prakarsa utama Wiranto. Wiranto sendiri adalah berlatarbelakang militer dan menjadi bagian dari Golkar. Sebelum Hanura terbentuk pada pemilu 2004 Wiranto berpasangan dengan Shalahuddin Wahid menjadi kandidat presiden dan wakil presiden dari Golkar. Pasangan ini menempati posisi ketiga dengan memperoleh suara 22,15% dari lima pasangan yang berkompetisi. Pasca pemilu 2004, pada Munas Golkar 2004 di Bali, Wiranto gagal bersaing menjadi Ketua Umum Golkar. Setelah itu, Wiranto kemudian memilih untuk tidak berkarier lagi di Golkar dan kemudian mendirikan Hanura.
Pada pemilu pertama keikutsertaannya dalam pemilu, yaitu Pemilu 2009, Hanura memperoleh suara 3,77 persen suara, suatu jumlah yang bagi partai baru relatif signifikan yang memungkinkannya melampaui PT 2 persen. Meskipun perolehan suaranya kecil, pada pemilu presiden dan wakil presiden 2009 partai ini digandeng Golkar untuk mengajukan paket kandidat. Dengan berposisi sebagai kandidat wakil presiden, Wiranto akhirnya berpasangan dengan Jusuf Kalla dari Golkar maju dalam laga pemilu presiden dan wakil presiden. Dengan demikian, jika pada pemilu 2004 Wiranto diusung Golkar maju sebagai calon presiden, pada pemilu 2009 Wiranto kembali maju tetapi dengan posisi calon wakil presiden diusung bersama - sama oleh Golkar dan Hanura. Hasil pilpres 2009, pasangan ini hanya memperoleh suara 12,41% suara dan menempati peringkat terbawah. Di parlemen, dengan 18 kursi Hanura bersama PDIP dan Gerindra kemudian mengambil sikap oposisi terhadap pemerintah.

4. Gerindra

Gerindra dideklarasikan pada Februari 2008. Prabowo Subianto menjadi aktor utama dibalik pendirian Gerindra. Prabowo berlatarbelakang militer dan sebelumnya anggota Dewan Pembina di Golkar era 2004 - 2008. Pada pemilu 2004 Prabowo ikut dalam konvensi pemilihan kandidat presiden di Golkar tetapi kalah. Pada munas Golkar di Bali tahun 2004, Prabowo mencalonkan diri menjadi ketua umum Golkar dan kembali gagal.
Partai ini mengusung gagasan nasionalisme dan kerakyatan. Pada kampanye pemilu 2009, partai ini menekankan pentingnya kemandirian bangsa, dan keberpihakan kepada hajat hidup rakyat kecil seperti buruh, petani, dan nelayan. Posisi yang diambil menolak asumsi - asumsi pandangan neoliberalisme.
Pada pemilu 2009 Gerindra memperoleh suara 4,46 persen, dan berhak menempatkan kadernya di Senayan dengan kuota 26 kursi. Meskipun perolehan suaranya kecil, Gerindra berhasil mengusung Prabowo sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan Megawati, kandidat dari PDIP. Pasangan Megawati - Prabowo berada pada peringkat kedua dengan perolehan suara 26,79%. Pasca pemilu 2009, Gerindra menjadi salah satu kekuatan oposisi dalam pemerintahan SBY - Budiono.

REFERENSI

Pamungkas, Sigit, 2011. Partai Politik : Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta : Institute for Democracy and Welfarism




Tidak ada komentar:

Posting Komentar