Kamis, 25 Oktober 2012

Korelasi Kurban dan Rangkaian Haji dalam Peringatan Hari Sumpah Pemuda



Memasuki bulan Oktober ini ada dua momentum bersejarah besar dalam sejarah peradaban manusia. Pertama momentum idul adha atau hari raya kurban maupun momentum haji, kedua momentum peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 28 Oktober. Setiap memasuki bulan Dzulhijjah umat islam di seluruh penjuru dunia memperingati suatu momen yang tak terlupakan di sejarah peradaban manusia. Bertepatan bulan Dzulhijjah ini suatu momen mimpi yang luar biasa berat ditujukan kepada salah seorang Nabi dan Rasul bernama Nabi Ibrahim As, dimana saat itu beliau mendapatkan mimpi untuk diperintahkan mengurbankan anaknya baginda Ismail As oleh Allah. Jika melihat logika seorang manusia yang mempunyai nafsu maka hal itu sangat mustahil mengorbankan satu - satunya putranya yang tersayang demi perintah, tapi itulah Nabi Ibrahim pada akhirnya bersedia mengorbankan anaknya. Begitu juga kekuatan mental dan ketulusan Baginda Ismail muda menyerahkan dirinya kepada sang ayah demi perintah dari Tuhan. Meski pada akhirnya ketika detik - detik akhir akan disembelih Allah menggantinya dengan seekor domba, momen inilah yang kemudia diperingati oleh umat islam sedunia dengan idul adha atau hari raya besar.
Begitu besarnya momen ini hingga Allah menurunkan ayat - ayat dalam Surat Ash Shaffaat ayat 100 - 111. Dalam QS Ash Shaffaat ayat 102 Allah berfirman, “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama - sama  Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia (Ismail) menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk kepada orang - orang yang sabar”. Pelajaran kurban ala Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail merupakan poin ketika Nabi Ibrahim mau mengurbankan sesuatu yang penting yang Beliau miliki. Ada korelasi yang erat antara idul adha dengan peringatan hari sumpah pemuda yang jatuh tepat dua hari usai perayaan idul qurban, kesamaannya tentu pada sesuatu yang disenanginya rela dikurbankan untuk kepentingan agama dan kepentingan orang lain.
Makna berkurban tak hanya sebatas menyembelih hewan kurban pada perayaan idul adha saja, namun berkurban mengandung makna luas di era globalisasi sekarang. Sumpah pemuda ada karena kerelaan hati para pemuda kala itu yang berjuang memperoleh kemerdekaan melawan penjajah dari sebelumnya sendiri - sendiri berdasarkan daerah lalu sepakat menjadi satu mengesampingkan ego akan daerah mereka masing - masing sehingga lahirlah sumpah pemuda yang merupakan pelopor perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan. Tanpa ada pengorbanan dan kerelaan hati menjadi satu kesatuan yaitu negara Indonesia, bukan tak mungkin proklamasi kemerdekaan itu tak terwujud. Peringatan kedua momen yang berdekatan ini sudah seharusnya kita merenunginya. Ada beberapa nilai yang harus kita tanamkan di hati ketika kaitannya peristiwa berkurban ala Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, serta peringatan hari sumpah pemuda.
Pertama, berkurban untuk tidak mementingkan dirinya sendiri, keluarganya, golongannya, maupun partainya. Memang ketika kita berteori di atas kertas, hal tersebut kedengarannya merupakan suatu hal yang mudah. Namun sebagai makhluk yang mempunyai nafsu dan ego yang besar manusia pada prakteknya sangat sulit untuk merealisasikannya. Lihatlah realita di lapangan, banyak orang yang lebih mengedepankan kepentingan dirinya, keluarganya, golongannya, tanpa memikirkan bagaimana kepentingan orang lain, bagaimana nasib orang lain. Terlebih lagi saat ini kita memasuki masa liberalisme, kapitalisme, dimana ukurannya setiap orang bebas melakukan dan mencari sesuatu baik dari segi ekonomi, politik. Namun dibalik itu semua tidak kita sadari perjuangan mereka hanya karena ada embel - embel dirinya bukan untuk orang lain. Berkaca pada kisah Ibrahim as dan Ismail as, Beliau berdua mengajarkan bagaimana berkurban yang ikhlas tanpa memikirkan bagaimana nasib saya bagaimana nasib keluarga saya, namun ketika Allah memerintah semua itu siap beliau laksanakan. Begitu pula mengaca pada sejarah perjuangan kaum muda di tahun 1928-an kala itu, dimana mereka dari asal muasalnya tidak mengenal apa itu Indonesia, seperti apa itu Indonesia, menyepakati ikrar satu kesatuan dalam naungan Indonesia, dan berjuang atas nama Indonesia, tidak lagi berdasarkan daerah asal masing - masing. Ini dikarenakan beliau - beliau sudah terpatri bahwa mengorbankan ego demi kepentingan yang lebih besar yaitu negara dan bangsa merupakan keharusan, maka dari itu semangat nasionalisme ada setelah semangat kedaerahan hadir.
Kedua, berkurban akan kesenangan yang dimilikinya. Nabi Ismail as merupakan putra satu - satunya Nabi Ibrahim, yang telah diidam - idamkan sangat lama oleh Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Hajar, namun perintah untuk menyembelih sesuatu yang sangat disayang merupakan hal terberat. Namun pada aplikasinya Nabi Ibrahim as berhasil menjalankan itu semuanya, kasih sayang, kesenangan pada sesuatu tidak akan menghalangi berkurban melaksanakan perintah Tuhannya. Begitupun perjuangan para pemuda dahulu melawan penjajah di bumi nusantara ini, jika mereka tidak meninggalkan kesenangannya sangat mustahil Indonesia bisa merdeka, karena perjuangan melawan harus ditebus dengan nyawa, harta, bahkan sesuatu yang disenanginya, bahkan mereka juga mengorbankan keluarganya sekalipun, namun karena bulatnya tekad mendengungkan satu kata INDONESIA MERDEKA para pahlawan itu rela berhari - hari meninggalkan rumah untuk berperang berpindah - pindah tempat, para orang tua kala itu rela melepas anaknya untuk maju ke medan perang berjuang habis - habisan melawan penjajah. Selain itu kerelaan hati pemuda yang berjuang melawan penjajah juga dapat diapresiasi lebih. Seperti halnya Nabi Ismail As, ketika beliau mendengar ayahnya Ibrahim As memintanya izin untuk menyembelihnya karena perintah dari Allah Tuhan yang menciptakan Ibrahim, Ismail, semua yang ada di jagat raya ini, Ismail As rela menebus nyawanya masa - masa mudanya untuk melaksanakan perintah itu. Kesenangan manusia memang tak terbatas dan bahkan manusia selalu berhasrat untuk menambahnya, namun ketika manusia bisa mengurbankan kesenangannya demi hal - hal yang penting maka itulah yang dapat diacungi jempol.
Ketiga, wukuf di Arafah dalam rangkaian ibadah haji merupakan wujud kebersamaan tak ada perbedaan di antara manusia. Konflik horizontal dapat menjadikan malapetaka bagi stabilitas negara sendiri. Maka dari itu menyingkirkan ego masing - masing juga merupakan pengorbanan karena pada intinya kita sama - sama satu tanah air yaitu Indonesia, satu bangsa yaitu bangsa Indonesia, dan satu bendera yaitu bendera merah putih. Berkurban demi persatuan dan kesatuan yang dimaksudkan disini yaitu menyingkirkan primordialisme ketika berbicara mengenai nation atau negara sebagaimana telah dicontohkan pendahulu kita 84 tahun yang lalu. Meskipun demikian tak seharusnya kita melepaskan secara kearifan lokal pada masing - masing daerah yang ada di Indonesia, karena dari kearifan lokal itu dapat kita tarik benang merah menjadi satu kesatuan yaitu kearifan nasional yang menjadi cerminan tindakan dan pikir bangsa Indonesia. Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as merupakan cerminan persatuan dan kesatuan dua insan mulia di bumi ini, sangat tidak mungkin perintah kurban itu akan terjadi jika keduanya tidak bersatu untuk visi misi yang sama yaitu menjalankan perintah Tuhan. Maka ketika Bung Karno berujar berilah aku 100 orang tua maka akan ku cabut gunung semeru dari akarnya, tapi beri aku satu pemuda maka akan ku goncangkan dunia. Selamat Hari Idul Adha dan Selamat Hari Sumpah Pemuda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar