Minggu, 21 Oktober 2012

Tipe Partai Nasional


Dalam panggung politik Indonesia keberadaan partai nasionalis senantiasa dilekatkan dengan sosok Soekarno, meskipun tidak harus demikian. Soekarno telah ditempatkan sebagai peletak dasar gagasan nasionalisme Indonesia. Oleh karena itu, hampir semua partai yang berdiri pada masa reformasi senantiasa membuat tanda istilah yang ada kaitannya dengan apa yang pernah diletakkan Soekarno. Di luar Soekarno, ideologi militer seringkali berada berdekatan dengan ideologi nasionalis.
Gagasan Soekarno tampaknya menjadi magnet bagi politisi dan rakyat untuk berhimpun di dalamnya. Sepanjang massa kepartaian Indonesia keberadaan partai nasionalis terus menghiasi kancah politik nasional, sama halnya dengan partai politik keagamaan, terutama islam. Keberadaan partai nasionalis ini seringkali dipertentangkan dengan partai - partai islam.. Bila partai - partai islam berkecenderungan meletakkan dasar - dasar agama dalam argument bernegara, sebaliknya partai nasionalis justru dalam batas - batas tertentu, berusaha mensekulerkan negara. Di antara kedua kekuatan ini seringkali berseberangan sikap politik.
 PDI Perjuangan
PDIP merupakan keberlanjutan atau transformasi dari PDI di era orde baru. PDI sendiri adalah partai yang lahir dari fusi yang dipaksakan oleh negara pada tahun 1973. Terdapat lima partai sebagai pembentuk PDI, yaitu PNI, Murba, IPKI, Parkindo, dan Partai Katolik, tiga partai yang disebut pertama adalah partai dengan kecenderungan nasionalis- sekuler - progresif - populis, sementara itu dua partai terakhir adalah partai dengan orientasi keagamaan atau spiritual, yaitu Kristen dan Katolik. Kelima partai tersebut sering disebut sebagai kelompok material spiritual, yaitu partai - partai politik dengan orienrasi pembangunan materiil tanpa mengabaikan aspek spiritual.
Dengan demikian, PDI kala itu hingga saat ini berganti menjadi PDIP sesungguhnya adalah sebuah partai dengan ramuan ideologi yang rumit. Di antara unsur - unsur yang melakukan fusi sendiri terdapat sikap saling curiga. PNI meragukan loyalitas Parkindo dan Partai Katolik kepada bangsa ini karena dianggap agen imprealisme dan kapitalisme, sementara itu Parkindo dan Partai Katolik sendiri mencurigai PNI memiliki keterkaitan dengan PNI Asu yang Orla dan sekedar menekankan marhaenisme sehingga tidak pancasilais, sedangkan Murba dicurigai melanjutkan ajaran Trotsky. Dengan demikian tidak aneh apabila saat itu Parkindo dan Partai Katolik sempat menggagas fusi bersama menjadi Partai Kristen Demokrat, meskipun akhirnya tidak terealisasikan.
PDIP lahir dari pertarungan untuk sintas (survive) dan perlawanan terhadap pemaksaan kehendak negara terhadap kehidupan partai pada masa menjelang keruntuhan orde baru. Orde baru dengan berbagai cara berusaha menghalang - halangi tampilnya keturunan Soekarno dalam hal ini Megawati, untuk tampil memimpin PDI karena dianggap membahayakan penguasa. Konflik berkepanjangan sejak tahun 1993 - 1999 mengakibatkan PDI akhirnya pecah ,satu pihak dibawah kepemimpinan Megawati yang didukung akar rumput dan pihak lain dibawah kepemimpinan Suryadi yang didukung orde baru.
Legitimasi PDI ini diuji dalam pemilu 1997. Pada pemiliu tersebut, PDI kubu Soerjadi menjadi peserta pemilu bersama PPP dan Golkar. Sementara itu, PDI dibawah Megawati mengambil sikap boikot pemilu. PDI kubu Megawati memilih golput atau melakukan aliansi strategis dengan PPP yang dikenal dengan aliansi Mega - Bintang. Perolehan suara PDI turun drastic dari 14,89 persen pada tahun 1992 menjadi 3,06 pada pemilu 1997. Tajamnya perolehan suara PDI menjadi bukti legitimasi kepemimpinan PDI dibawah Megawati.
Setelah orde baru tumbang, dualism kepemimpinan PDI terus berlangsung sampai pada Megawati mendeklarasikan perubahan nama PDI yang dipimpinnya menjadi PDI Perjuangan, 14 Februari 1999. Hasil pemilu 1999 kemudian menjadi bukti untuk kedua kalinya kepemimpinan PDI yang sesungguhnya. Legitimasi rakyat terhadap kepemimpinan PDI ternyata diberikan kepada PDI dibawah Megawati yang telah berganti nama menjadi PDI Perjuangan. Di tengah pluralitas partai politik, PDIP tidak hanya mengalahkan PDI bentukan orde baru tetapi juga mampu keluar sebagai pemenang pemilu. Hasilnya pemilunya sangat prestisiu, yaitu 33,7%. Diduga pencapaian yang diraih oleh PDIP dalam pemilu itu tidak akan dapat diulang dalam sejarah pemilu - pemilu berikutnya, bahkan oleh partai - partai lain. Sedangkan PDI bentukan orde baru,yang saat itu dibawah Budi Harjono, menjadi partai decimal, yaitu perolehan suara tidak sampai 1 persen. Dengan demikian, resistensi pendukung PDI dibawah kepemimpinan Megawati telah melahirkan PDI Perjuangan.
PDIP merepresentasikan ideologi nasionalis kerakyatan. Pada saat bersamaan, partai ini adalah merepresentasikan atau ekspresi politik dari pembilahan sosial sekuler dan abangan. PDIP ketika masih bersama PDI zaman orde baru sering berseberangan secara politik dengan partai - partai berorientasi agama contohnya islam. Ketika amandemen konstitusi dilakukan, PDIP menolak kehendak sebagian partai islam untuk mengubah pasal yang berhubungan dengan agama.

REFERENSI

Pamungkas, Sigit, 2011. Partai Politik : Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta : Institute for Democracy and Welfarism



Tidak ada komentar:

Posting Komentar