Minggu, 21 Oktober 2012

Pemikiran Politik Amien Rais


Dalam pemikiran Amien Rais untuk menentukan apakah diperlukan suksesi (rotasi, regenarasi, pergantian) kepemimpinan nasional pada 1998 atau malahan pimpinan nasional yang sekarang ini perlu diawetkan sampai 2003, kiranya bijak bila lebih dulu kita buat semacam balance sheet segera sangat elementer tentang pencapaian - pencapaian pembangunan dan kekurangan - kekurangan yang perlu diperbaiki pada masa datang, setelah kita melakukan proses pembangunan nasional selama 2 - 26 tahun terakhir ini.
Paling tidak ada 5 prestasi orde baru yang dapat dicatat penuh syukur. Pertama, realisasi stabilitas moneter dan pertumbuhan ekonomi yang mantap. Hal ini juga diiringi dengan harapan hidup rata - rata bangsa Indonesia telah menjadi young economic tiger (macan ekonomi muda) atau new - NIC (negara industri yang baru) di Asia menunjukkan keberhasilan pembangunan ekonomi kita.
Kedua, berkaitan erat dengan prestasi ekonomi adalah kemampuan Indonesia untuk berswasembada di bidang pangan. Bimbingan dari pemerintah, produksi pupuk yang cukup di dalam negeri dan subsidi pada para petani menghasilkan self - sufficiency di bidang pangan. Untuk sebuah negeri yang pada 1960-an seringkali dilanda penyakit busung lapar, kemampuan swasembada beras itu merupakan sebuah pencapaian yang sangat berarti dan pada gilirannya menimbulkan rasa percaya diri pada bangsa Indonesia.
Ketiga, stabilitas politik yang relatif mantap dalam 25 tahun terakhir ini telah kita nikmati. Tidak ada lagi aksi - aksi pemberontakan, gerakan separatis, dan aksi - aksi politik lain yang membahayakan negara. Meskipun ada letupan - letupan politik yang agak mengagetkan seperti Peristiwa Malari 1974, Peristiwa Dili, Tanjung Priuk, Lampung, Aceh, Haur Koneng, Waduk Nipah dan lain sebagainya, berbagai peristiwa tersebut dapat dikendalikan dengan baik.
Keempat, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia telah menjadi realitas bangsa yang sangat membanggakan. Bhineka Tunggal Ika bukan lagi sekedar semboyan melainkan telah menjadi living reality.  Bangsa Indonesia yang terdiri lebih dari 300 bahasa daerah dan menghuni negara kepulauan yang mencakup 13.665 pulau yang terserak - serak. Secara geografis dan geopolitics, rawan terhadap arus atau kecenderungan sentrifugal yang disentegratif. Namun, persatuan dan kesatuan bangsa telah kita capai dan makin mantap dalam era orde baru.
Kelima, citra internasional Indonesia selama 25 tahun terakhir juga meningkat lebih baik. Sebagai negara besar dengan penduduk terbanyak ke - 4, Indonesia telah memulai memainkan peranan secara regional dan internasionalnya secara lebih baik. Sebagai ketua GNB, sebagai negeri muslim terbesar dan negara penting di kawasan Asia Tenggara, Indonesia sudah semakin memperoleh pengakuan dunia secara lebih luas.
Namun dibalik itu semua Amien Rais dalam pemikirannya yang dituangkan dalam sebuah buku “Berjuang Menuntut Perubahan”  ada catatan - catatan masalah yang sudah kronis yang mengental dalam perjalanan kehidupan bangsa selama sepuluh sampai lima belas tahun terakhir ini.
Pertama, walaupun ada pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, kemiskinan dan pengangguran masih tetap merupakan fenomena kembar yang tidak mudah dipecahkan. Jumlah rakyat yang masih berada di bawah garis kemiskinan di daerah urban dan rural mungkin dapat menjadi dua atau tiga kali angka resmi yaitu 27 juta.
Kedua, korupsi tetap merajelela dan bahkan cenderung makin mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Pernyataan Prof. Soemitro Djojohadikusumo di Kongres ISEI 1993 bahwa pemborosan atau pembocoran anggaran pembangunan mencapai 30% bukti bahwa korupsi merupakan masalah besar yang belum terselesaikan bahkan hingga saat ini. Dalam jangka panjang, korupsi yang sudah melembaga dan membudaya yang dapat menghancurkan kehidupan nasional.
Ketiga, proses demokratisasi kita masih jauh dari apa yang diharapkan. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa sampai batas yang cukup jauh demokrasi Indonesia lebih banyak berkaitan dengan format dan belum merefleksikan substansi demokrasi itu sendiri. Demikian juga konsep substansi demokrasi itu sendiri. Demikian juga konsep floating mass, single majority dan election with target sesungguhnya merupakan barang asing dalam sistem demokrasi. Namun hal - hal mestinya asing itu terima begitu saja, sehingga sejauh mana kita sudah benar - benar berdemokrasi patut dipertanyakan secara serius. Akan tetapi harus segera dicatat bahwa proses demokratisasi memang selalu memerlukan waktu yang panjang.
Disamping tiga masalah besar tersebut, tentu masih banyak masalah - masalah lainnya yang harus dipecahkan di masa depan seperti misalkan utang luar negeri yang meningkat, hukum yang semakin kehilangan wibawanya akibat pelecehan yang tidak putus - putusnya, masalah penegakan HAM, berbagai kasus pertanahan yang sarat akan konflik sosial dan bersifat eksplosif dan lain sebagainya.
Berbagai pemikiran Amien Rais dilandasi dengan paradigm islam. Tak heran beliau menolak pemikiran Cak Nur mengenai sekularisasi. Sebab menurut Amien Rais, islam dan sekulerisasi adalah dua hal yang tidak bisa dipersatukan. Dalam pandangan Amien Rais agama dan politik justru saling bersatu, dan satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Karenanya beliau berpendapat bahwa sekularisme moderat maupun sekularisme modern tidak memiliki tempat di agama islam.
Tak hanya itu, pemikiran Amien Rais kerap terkenal berani. Ketika era tahun 1980-an beliau dengan lantang berbicara politik, yang kala itu dianggap terlalu sensitif dan hal yang tabu. Keberanian ini beliau katakana tidak lebih sebagai bentuk tanggungjawab intelektualnya, keprihatinannya, dan komitmennya sebagai warga negara. Dari sanalah beliau harapkan dari permasalahan yang dianggap tabu dibicarakan, dapat berkembangkan menjadi wacana politik, yang nantinya sekaligus menjadi saluran pendidikan politik rakyat.
Sikap kritis Amien Rais bahkan semakin lantang ketika menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah. Di organisasi sosial keagamaan yang bercorak modernis itu, ia mengkritik bentuk kesenjangan sosial dan ketidakadilan sosial dengan lantangnya. Menurutnya, hal itu merupakan akibat dari “syirik politik” dari rezim Soeharto. Dan ketimpangan sosial dan kesenjangan sosial itu telah menjadi bencana nasional.
Selain itu sebagai seorang tokoh penggerak reformasi Amien juga menjadi pegangang mahasiswa kala itu dalam menentukan arah perjuangan bangsa Indonesia ke depannya. Beliau juga merupakan tokoh yang menyambut gagasan mahasiswa yang berupaya mempertemukan dirinya dengan tiga tokoh nasional lainnya yaitu KH. Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan Sultan Hamengkubuwono X. Dari pertemuan empat tokoh tersebutlah lahir Deklarasi Ciganjur yang diadakan di rumah mendiang Almarhum Gus Dur.
Setelah terlibat langsung proses reformasi Amien Rais memutuskan untuk mendirikan partai baru yang mengayomi wadah masyarakat Muhammadiyah untuk berpolitik. Partai ini dinamakan Partai Amanat Nasional (PAN), sebagai penggagas pendirian partai Amien Rais banyak menyumbangkan ide - idenya untuk platform PAN.
PAN sendiri PAN bertujuan menjunjung tinggi dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan nondiskriminatif. Untuk terwujudnyaIndonesia baru, PAN pernah melontarkan gagasan wacana dialog bentuk negara federasi sebagai jawaban atas ancaman disintegrasi. Titik sentral dialog adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh Indonesia dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa.
Salah satu sumbangan besar Amien Rais bagi Indonesia ketika menjadi penggerak reformasi 1998. Semangat dan pemikirannya mengenai pembaruan lebih baik memang belum sepenuhnya berhasil, tapi masih menurut beliau hal itu memerlukan waktu yang lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar